Babak Kedua: Panggung Sang Raja
Ruben Amorim tidak tinggal diam, ia merubah taktik saat masuknya Kobbie Mainoo menggantikan Mason Mount yang cedera mengubah dinamika lini tengah United. Mainoo memberikan energi baru, menantang dominasi Gndogan dan Gvardiol. Dengan strategi yang berfokus pada serangan balik cepat, United mulai menemukan celah di pertahanan City.
Terlihat permainan Manchester United yang fleksibel, serta jelas arah dan tujuan dari filosofi Ruben Amorim. Babak kedua menjadi panggung teater Amorim Ball, fleksibilitas yang mencari celah dari pasukan Guardiola. Walaupun permainan sudah terlihat skema, tetapi masih rancau akibat kesalahan individual.Â
Menit-menit terakhir menjadi momen penentuan. Di menit ke-88, sebuah umpan panjang dari Casemiro diterima Amad Diallo di sisi kanan. Diallo yang gesit dijatuhkan oleh Matheus Nunes di dalam kotak penalti. Bruno Fernandes melangkah maju dengan penuh percaya diri, menaklukkan Ederson dengan eksekusi tenang. Skor menjadi 1-1.
Dua menit berselang, drama semakin memuncak. Sebuah serangan balik cepat dimulai dari Andr Onana yang memberikan bola langsung ke Diallo. Dengan kecepatan dan ketenangan luar biasa, Diallo melewati Ruben Dias dan mencetak gol kemenangan. Etihad Stadium terdiam. United membalikkan keadaan dalam waktu kurang dari lima menit.
Analisis Taktik dan Filosofi
Keberanian Amorim Mengubah Arah
Keputusan Ruben Amorim untuk mempercayai pemain muda seperti Mainoo dan Diallo, serta merumahkan Garnacho dan Rashford, membuktikan instingnya sebagai pelatih yang berani mengambil risiko. Di saat tekanan memuncak, ia memilih untuk menyerang kelemahan taktis City daripada bermain aman. Pendekatan ini mencerminkan filosofi yang tidak hanya mengandalkan pemain bintang, tetapi juga kolektivitas dan adaptabilitas.
Guardiola Terjebak dalam Inovasi