Lalu hal yang sama terjadi pada Bayer Leverkusen, pada awal cikal bakal klub, Bayer Leverkusen didirikan oleh pekerja perusahaan farmasi Bayer dan difasilitasi oleh perusahaan.Â
Tetapi hal yang janggal adalah Hoffenheim dan RB Leipzig, klub yang menggeliat tiba-tiba datang di Bundesliga sehingga memicu kecaman para fans klub yang lain dikarenakan melanggar regulasi 50+1.Â
Untuk mengakali hal ini, para karyawan Red Bull yang menaungi RB Leipzig, dan software SAP yang menaungi Hoffenheim diperintahkan untuk mengambil andil di klub sebagai para fans yang mendapatkan hak suara sehingga bisa memenuhi kriteria regulasi dari federasi.Â
Keuntungan dari hal ini adalah menjaga kesucian sepakbola karena pada dasarnya sepakbola adalah dari supporter untuk supporter dan oleh supporter bukan investor yang menjadikan klub dan supporter sebagai sapi perah penghasil keuntungan.Â
Dengan kepemilikan bersama, ikatan antara klub dengan para pendukung akan terjadi sangat erat.Â
Regulasi 50+1 menjadi tembok utama kebangkrutan klub, bagaimana jika para taipan yang menjadi tulang punggung keuangan serta pemilik klub mengalami kebangkrutan sehingga otomatis poros keuangan sebuah klub juga ikut terguncang, dan alhasil akan mengalami krisis keuangan.Â
Selain menjembatani kedekatan supporter dengan klub, andil supporter untuk menentukan kompas arah bagaimana klub kedepannya berjalan, kebijakan klub harus sesuai dengan kepentingan supporter.
Para loyalis ini pun jika menonton klub kesayangannya artinya mereka juga menonton klub miliknya, konsep kesetaraan dan kebersamaan inilah yang menjadi representasi dari regulasi 50+1.Â
Konsep regulasi ini juga menjadikan harga tiket stadion di Jerman menjadi sangat murah, yang mana menurut Statista klub-klub di Jerman rata rata memiliki harga tiket seharga 180 Euro, sangatlah jauh jika dibandingkan dengan tiket termurah Liga Inggris yaitu West Ham yang mematok harga 350 Euro.Â
Dengan harga tiket murah yang sangat relevan bagi fans dari kalangan kaum bawah dan juga menjadikan stadion di Jerman selalu penuh dengan sorak sorai fans, serta menjaga kesucian sepakbola itu sendiri. Karena sejatinya sepakbola adalah milik supporter, bukan milik investor yang rakus akan keuntungan sendiri.Â