'Created by the poor, stolen by the rich', slogan yang sangat menggambarkan kondisi sepakbola pada masa ini, bagaimana tidak, kapitalisasi sepakbola mulai merambah ke berbagai klub, mahalnya harga tiket yang memeras para fans fanatik terutama pionir dari sepakbola itu sendiri yaitu para kaum pekerja.Â
Andil yang sangat besar bagi kaum bawah atas pondasi kepopuleran sepakbola, pionir sepakbola dimulai oleh The Working Class, yang kala itu sepakbola hanya populer di kalangan mereka sendiri.Â
Ketika lambat laun zaman mulai berkembang, Sepakbola merambah mulai dari olahraga kalangan bawah hingga menjadi ladang bisnis bagi kalangan atas.Â
Di Inggris Raya pada abad 18, sepakbola tumbuh atas andil besar para kaum pekerja, identitas sepakbola pada masa itu kental sebagai olahraga para buruh.Â
Romantisme sepakbola dengan para kaum buruh dijembatani dengan Revolusi Industri yang terjadi di Inggris kala itu, yang mana gencarnya ekspansi industri di Inggris dan banyaknya buruh menjadi faktor utama tumbuhnya sepakbola.Â
Para kelompok kaum buruh ada dasarnya menjadi pionir terbentuknya hampir semua klub di dunia, ambil saja contoh Manchester United yang awalnya bernama Newton Heath LYR yang didirikan oleh buruh kereta api, Liverpool yang didirikan oleh buruh pelabuhan, dan West Ham buruh pabrik besi yang sampai sekarang memiliki logo ikonik lambang kaum pekerja yaitu godamÂ
Sepakbola menjadi harmoni para kaum bawah yang menjunjung tinggi kesetaraan, jiwa-jiwa sosialis yang sangat tinggi mereka ada dalam satu wadah yang dilatarbelakangi dengan nasib dan penderitaan yang sama, yaitu sepakbola.Â
Bagi mereka sepakbola bukanlah sekedar olahraga, tetapi sepakbola menjadi alat pemersatu serta manifestasi dari sosialisme. Oleh karena itu sepakbola dari dulu hingga sekarang dimainkan pada akhir pekan, karena hari libur para buruh yang mencari kebersamaan ditengah nasib yang mereka jalani.Â
Lambat laun zaman berganti, kepopuleran sepakbola mulai merambah ke kalangan atas, para pebisnis mulai mengekspansi bisnis mereka ke ranah sepakbola.Â
Kapitalisasi dalam sepakbola ini menjadi hal yang lumrah di masa sekarang, kendati sepakbola kehilangan jati dirinya dan hanya menjadi ladang bisnis oleh para taipan.