Ada nama nama besar pada megahnya Derby yang tersaji dalam gemerlap sepakbola, pertandingan yang selalu di nanti oleh pasang mata di seluruh dunia, tensi lapangan yang panas menjadi gairah tersendiri pada setiap detik pertandingan. Nama besar yang ditunggu seperti di Inggris North-West Derby yang menyajikan Manchester United vs Liverpool, lalu di Italia De La Madonnia yang mempertemukan Ac Milan vs Inter Milan, hingga ke Spanyol El Classico dia klub saling bertukar kebencian yaitu Real Madrid vs Barcelona.Â
Tak se-wahid nama nama didiatas, salah satu derby paling yang rutin diawasi oleh FIFA datang dari tanah Skotlandia. Agama, Politik, Kehormatan, Budaya, semua emosi terlampiaskan dalam 90 menit diatas lapangan hijau. Seluruh hasrat kebencian kedua belah pihak berkeyakinan berbeda tersaji dalam duel sengit dua tim tersukses dalam sejarah Skotlandia tersebut. Jalannya pertandingan selalu diiringi dengan banjir kartu, air mata, hingga darah terkuras dalam pertunjukan utama kota Glasgow.Â
Semua berawal dari abad 18, karena kondisi hama kentang yang menjadi kebutuhan utama memaksa para warga negara tetangga yaitu Irlandia berimigrasi. Orang Irlandia ini datang dengan membawa kultur nenek moyang mereka yang berbenturan dengan warga lokal. Sebut saja mereka membawa ideologi Loyalis, Republikan, juga Sosialis dan Konservatisme. Mereka juga membawa Agama Katolik Roma yang notabene menjadi asing di Skotlandia yang mana mayoritas beragama Protestan yang berpotensi menimbulkan gejolak sosial.Â
Kondisi Protestan yang lebih dominan orang Katolik Irlandia berimbas kepada sektor pendidikan yang memisahkan antara sekolah Katolik dan Protestan. Tertindasnya umat Katolik memaksa mereka harus mandiri, banyak dari umat katolik dikeluarkan dari perusahaan yang dimiliki oleh orang Protestan memaksa mereka harus berjuang demi kehidupan yang layak.
Tentu saja bukan hanya sektor sosial, gejolak inipun merasuk dalam sepakbola. Munculnya klub yang berdiri berdasarkan latar belakang agama, kebencian atas dasar kepercayaan pun dilupakan dalam  sebuah pertandingan yang dikenal dengan 'The Old Firm Derby'.
Glasgow Rangers berdiri lebih dahulu yaitu pada tahun 1873 atas dukungan dari Protestan, memilih warna biru sebagai panji utama. 1,5 dekade kemudian, Celtic lahir dan sudah pasti atas dukungan dari Katolik, yang mana Celtic yang didominasi oleh warna kebanggan Irlandia yaitu hijau dan putih, didirikan oleh Romo Walfrid dengan alasan kecemasannya dengan Protestan yang semakin mendominasi dari semua sektor pertumbuhan sosial, dan bercita cita akan menyaingi Glasgow Rangers di sektor sepakbola.Â
Pertandingan pertama mereka diwarnai dengan ribuan penonton, sorak sorai, olok olokan, kala itu menggetarkan rumput lapangan. Celtic pun menang dengan skor 5-2, dan Celtic berhasil perkasa diatas kakak beda keyakinan dengan menyabet 4 gelar dari 6 kompetisi.Â
Merasa disaingi oleh orang pendatang, dan klub yang lebih muda, hal ini memantik sumbu api bagi seluruh Katolik di Skotlandia terutama di wilayah Glasgow. Tak tanggung - tanggung, v banyak perusahaan milik Protestan di luar kota dipindahkan ke Glasgow, para buruh Protestan pun mengolok - olok para Imigran yang sulit mendapatkan pekerjaan. Dengan emosi yang membara karena dominasi dari Celtic, tim yang berjuluk The Gers ikut mendominasi di semua kompetisi dan menjadikannya ajang pelampiasan kekesalan mereka terhadap Katolik.Â
Gema anti Katolik dan pembasmian Katolik dikumandangkan dalam ceramah di Gereja, mereka menuding Katolik lah yang menjadi kambing hitam karena banyak perusahaan Protestan yang terkena Pailit akibat berkembangnya industri Amerika dan Jerman yang membuat para Protestan depresi 10 tahun lamanya.Â
Akibat Khutbah yang menggaungkan anti Katolik, munculah kelompok Greg Billy Boys dan dilawan oleh Katolik yaitu McGregory Boys. Konflik pun terjadi dimana - mana, dari tribun hingga politik yang ditengarai oleh Protestan Skotlandia yang taat kepada Kerajaan Inggris, dan Katolik Irlandia yang ingin  mendirikan sebuah Republik dimana hal ini disebut gerakan teroris dan wajib untuk dimusnahkan.Â
Kedua kesebelasan sempat mengikuti sentimen anti Katolik maupun Protestan, dan mereka sempat tidak pernah merekrut pemain yang agamanya bertentangan dengan kultur asli klub tersebut didirikan. Walaupun akhirnya sentimen tersebut sudah diakhiri sekarang.Â
The Old Firm Derby adalah Derby yang kompleks, bukan hanya soal siapa yang paling kuat antara rivalitas kedua tim, tetapi juga membawa dasar Agama, dan Politik. Derby ini termasuk salah satu Derby paling panas, terbukti ingin saling bersaing mereka menjadi dua klub paling Sukses di Skotlandia. Meskipun sekarang tensi sudah tak sepanas dahulu, tetapi sakralnya Derby ini tak akan lekang oleh waktu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H