Mohon tunggu...
Hepy Hendarto
Hepy Hendarto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pemerhati subkultur dan kultur sepakbola. Kontak saya jika memerlukan kerjasama, dan penulisan blog atau artikel. Email: hepy.hendarto@gmail.com , telephone/whatsapp: 081228575978

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

On This Day | 29 Mei 1453 Jatuhnya Konstantinopel dan Terbuktinya Sabda Rasulullah SAW

29 Mei 2020   07:44 Diperbarui: 29 Mei 2020   08:06 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. pernah ditanya, "Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?" Rasul menjawab, "Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel." (HR Ahmad, Ad Darimi dan Al Hakim)

Konstantinopel adalah kota yang sangat berjaya pada masa itu, menjadi pusat perdagangan di Laut Tengah, bagi bangsa Eropa, kota ini menjadi juru selamat ketika paceklik pangan terjadi, karena banyak bangsa yang menjual berbagai macam rempah dan bahan pangan. Sehingga kota ini menjadi sakral dan penting. Sebagai kota dagang dan memiliki lokasi yang strategis, Konstantinopel juga didapuk sebagai kota paling kuat pertahanannya, tak sedikit banyak bangsa yang tergiur jika berhasil menaklukan kota ini.

8 Abad setelah sabda Baginda Rasulullah SAW lahirlah seorang putra yang akan mengakhiri perang salib yang sangat panjang dan mengakhiri kekaisaran Romawi Timur, Muhammad Al-Fatih ( , Fatih Sultan Mehmed) . Dia adalah seorang yang cakap dalam hal militer, ilmu pengetahuan, dan menguasai 6 bahasa dalam usia 21 tahun. Mehmed lahir Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di kota Edirne, pusat negeri Utsmaniyah kala itu.

Saat Mehmed naik takhta pada tahun 1451 dia memusatkan perhatianya untuk memperkuat pasukan Utsmani dan persiapan penyerangan ke Konstantinopel. Pada akhirnya tahun 1453 Mehmed memulai pengepungan atas Konstantinopel dia mengerahkan 80.000 hingga 200.000 pasukan, kereta api artileri, dan 230 kapal tempur. Butuh waktu sebulan untuk Mehmed melakukan pengintaian terlebih dahulu.

Hari pertama pengepungan 6 April 1453, Mehmed memberi komando untuk menembus benteng Theodosian, mereka memulai dari selat Bosphorus melewati peraran Marmara hingga sampai di pelabuahan laut Golden Horn atau Tanduk Emas.

Hingga pada akhirnya di penyerangan yang terakhir, s, 36 jam setelah keputusan untuk menyerang lagi, 28 Mei 1453, secara besar besaran Mehmed mengerahkan pasukannya, setelah diadakan doa bersama, bersiaplah mereka menuju ke medan perang. Tengah malam kedua pasukan berperang dengan gigih, yang satu mempertahankan yang satu merebut.

Akhirnya setelah lama gelombang peperangan sampai pada akhir. Jenderal Geovanni Gustiniani terluka parah dan dibawa ke Khios, Gustiniani meninggal karena luka yang parah tersebut. Dengan mundurnya pasukan Genoa, hanya tinggal pasukan Konstantinus saja yang berperang. Dengan tekanan yang hebat dari pasukan Mehmed, dan kubu Konstantin yang terdesak, bendera Utsmaniya berkibar di benteng dan membuat pasukan Konstantin panik.

Ada yang mengatakan bahwa Konstantinus melepaskan regalia ungunya dan memimpin pasukannya pada saat penyerangan terakhir. Salah satu saksi dari Venesia Nicol Barbaro menulis pada catatan hariannya mengatakan kalau Konstantinus gantung diri ketika Utsmaniyah menembus benteng San Romano. Meskipun nasib akhirnya masih menjadi perdebatan.

Sultan berdiam di Konstantinopel selama 23 hari setelah kemenangan, dia mempersiapkan segalanya untuk merencanakan tentang pengelolaan kota yang barusaja di taklukan itu. Dalam pada tempoh itu, ia membuka satu permulaan daripada dekritnya soal kota itu, bahwa Konstantinopel dijadikannya sebagai ibu kota. 

Tak hanya sekadar ibu kota negaranya, tapi ibu kota Islam yang agung. Untuk itu, diganti nama kota Konstantinopel menjadi "Islambul" awalnya pada bahasa Turki, atau kalau di-Indonesiakan bermakna "Takhta Islam" atau "Negeri Islam".[39] Sesudahnya ia mengambil gelar "al-Ftih" (Arab:Penakluk), dan "Abul-Fath" (Arab:Bapak Penakluk),[40] karenanya ia dikenal dengan nama "Muhammad al-Ftih". Dalam bahasa Turki Utsmaniyah: ia ditulis atau "Fatih Sultan Muhammad Khan Tsani". Di bahasa Turki modern ia ditulis dengan sebutan "Ftih Sultan Mehmed Han II".

Inilah sebaik-baiknya pemimpin, dan sebaik-baiknya pasukan yang dijanjikan Rasulullah SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun