Mohon tunggu...
Heppy Dwi K
Heppy Dwi K Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN MALANG

hi, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wajib Tahu! Perkembangan Sosial-Emosional pada Anak Usia Dini

11 Desember 2022   12:11 Diperbarui: 11 Desember 2022   12:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: theAsiantarent

Perkembangan sosial emosi menurut American Academy of Perdiatrics (2012) menjelaskan bahwa acuannya yakni kemampuan anak terhadap pengetahuan mengenai pengelolaan dan pengeskpresian emosi secara lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, kemusidan mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain yang sesuai dengan usianya serta orang dewasa yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga sang anak aktif mengeksplor lingkungan melalui belajar.

Masa atau umur usia dini ini biasanya disebut dengan tahap perkemangan kritis atau usia golden age (usia emas). Pada tahap inilah jaringan sel yang ada pada orak erfungsi sebagai pengendali dalam setiap kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari. 

Dua tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagi perkembang[1]an anak. Anak mulai mengembangkan kemampuan motorik indrawi, visual dan auditori yang distimulasi melalui ling[1]kungan sekitarnya (Schunk, 2012).

Anak usia dini adalah seorang anak yang usianya belum memasuki suatu lem[1]baga pendidikan formal seperti sekolah dasar (SD) dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam benntuk berbagai lembaga pendi[1]dikan pra-sekolah, seperti kelompok ber[1]main, taman kanak-kanak, atau taman penitipan anak. 

Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun. Sedangkan pada hakekatnya anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana memiliki pola pertumbuhan dan perkem bangan dalam aspek fisik,kognitif,sosial emosional, kreativitas, bahasa dan komu[1]nikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dan berbagai penelitian menyim[1]pulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.

Definisi lain juga menyebutkan bahwa anak usia dini yaitu anak dengan usia 4-6 tahun dimana anak telah memasuki jen[1]jang prasekolah. Anak pada usia tersebut mengalami perubahan pada fase kehidup[1]an sebelumnya. Masa anak usia dini sering disebut dengan "golden age" atau masa emas. 

Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.

Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan contoh.

Taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan yang memberikan layanan bagi anak usia dini hingga memasuki tahapan pendidikan dasar. 

Pada taman kanak-kanak inilah diharapkan dapat mengembangkan kepribadian anak sebagai jembatan dalam keluarga kependidikan dalam lingkungan sekolah. Karena, pada tahapan inilah anak tidak lagi berkumpul dan berinteraksi bersama keluarga dirumah melainkan sudah berkumpul bersama dengan 'sosok baru' yakni gruu dan teman yang sesuai dengan usianya, sehingga anak hendaknya dibimbing untuk memperoleh ketermapilan sosial yang  berhubungan dengan emosional.

Berbicara mengenai perkembangan sosial, definisi dari kalimat tersebut merupakan suatu perkembangan dari tingkah laku anak yang mana anak diminta untuk menyesuaikan diri yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suat lingkungan masyarakat. 

Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok (Yusuf dalam Yahro, 2009). Piaget menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain (Suyanto, 2005). 

Pada tahapan ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum mengerti bahwa lingkungan memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya (Suyanto, 2005). Anak masih melakukan segala sesuatu demi dirinya sendiri bukan untuk orang lain.

Sebagian besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:

Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.

Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.

Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.

Ketiga poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang mana kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman serta memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. 

Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam memperoleh pekerjaan.

Referensi: 

Nurmalitasari, F. (2015). Perkembangan sosial emosi pada anak usia prasekolah. Buletin             Psikologi, 23(2), 103-111.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun