Saya tanya, kenapa anda golput?
Menjelang pilpres 2014, para pengguna media sosial marak menyuarakan pendapatnya tentang para capres dan cawapres. Ada yang memihak nomer satu atau nomer dua dan ada pula yang memilih untuk masuk ke dalam golongan putih, atau dikenal dengan golput. Golput pun di anggap sebagai sebuah pilihan.
Saudaraku, tidakkah anda merasa bahwa Bangsa ini butuh perubahan? Pun perkara memilih presiden dan wakil presiden adalah amanat UU 1945, yang merupakan dasar dari berdirinya Republik ini. Bangsa ini membutuhkan kontribusi rakyatnya untuk dapat bangkit dari kelesuan. Di saat kondisi seperti ini, anda memilih untuk tidak menghiraukannya. Anda lebih percaya terhadap rasa pesimis yang menggerogoti pikiran anda.
Saudaraku, pasca kehilangan Bung Karno, Indonesia tak lagi garang seperti dulu. Dulu, ketika Bung Karno menjabat sebagai presiden, dengan lantang beliau menolak asing yang hendak menjajah Bangsa Indonesia. Dengan gagah berani beliau menyuarakan bahwa Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa hingga hubungan antara Indonesia dan AS sempat renggang. Dengan lantang beliau menyuarakan ganyang Malaysia. Dengan optimis beliau dan para pahlawan revolusi lainnya menyatukan seluruh bagian-bagian kecil dari penjuru bangsa menjadi sebuah kesatuan. Betapa tidak, kawan? Zaman dahulu, tanpa kampanye melalui media sosial, tanpa iklan bertahun-tahun di televisi dan tanpa uang yang melimpah ruah beliau mampu menyatukan bangsa ini dan meneriakkan MERDEKA di bumi pertiwi.
Saudaraku, zaman sudah maju, betapa mudah kita bisa melakukan interaksi dengan saudara sebangsa dan setanah air dimana pun mereka berada. Betapa mudah kita menerima informasi rekam jejak dari para capres dan cawapres, Betapa mudah kita dapat mengumpulkan informasi untuk mengukur kebutuhan bangsa ini atau bahkan melakukan komparasi terhadap negara maju. Ayolah saudaraku, mesin pencari dapat dengan mudah anda jangkau.Gunakanlah untuk menyusun pondasi anda dalam memilih caprew dan cawapres. Pun untuk menjangkau mesin pencari yang disebut mbah google itu anda tidak perlu masuk penjara, mengeluarkan darah, merintih kesakitan, berpikir mati-matian agar tidak tertangkap penjajah ataupun harus menajamkan bambu runcing terlebih dahulu. Yang anda butuhkan hanyalah PULSA untuk membeli pake internet. Ah, nggak punya uang? PINJAM’lah kepada saudara sebangsa anda. Ayolah, Indonesia butuh anda. Indonesia butuh suara anda. Bangsa ini butuh perubahan. Bangsa ini tidak akan menjadi BANGSA YANG BESAR tanpa anda. Bangsa ini butuh kontribusi.
Mengutip apa yang di katakan oleh Pak Anies Baswedan:
Jika ada masalah, kita semua sering berdiskusi, mengharapkan ada perubahan dan sambil berasumsi ada orang lain yang berbuat. Kita tidak berbuat apa-apa, kita terus memproduksi keluhan, itu namanya turun angan. Republik TIDAK BERUBAH dengan itu. Kita harus turun tangan.
Tidak jengahkah anda melihat koruptor bercokol di kursi tinggi pemerintahan? Tidak jengahkah anda melihat saudara kita mengalami kemiskinan dan kelaparan? Tidak jengahkah anda menikmati kondisi republik yang penuh sesak dengan ketidak-teraturan? Tidak jengahkah anda menikmati kesulitan untuk berobat dan merasakan pendidikan? Tidak jengahkah anda melihat para petinggi negara berlibur di luar negeri dengan dalih studi banding? Tidak jengahkah anda menikmati nilai rupiah yang terus melemah terhadap mata uang asing? Tidak jengahkah anda melihat ketimpangan harga yang terjadi pada saudara kita di bagian timur? Tidak jengahkah anda melihat para pengusaha asing menguasai sumber daya alam kita? Republik ini butuh perubahan.
Ah satu suara aja nggak akan berpengaruh! Oh begitu? Mari bayangkan jika Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Sudirman, Bung Tomo dan pahlawan bangsa ini apatis terhadap kondisi negeri. Menurut anda apa yang akan terjadi? Apakah Indonesia akan mengibarkan kemerdekaannya?
Ah malas pulang kampung! Tiket mahal! Anda menggunakan gadget seharga 4 kali tiket bolak balik kampung halaman? Anda menggunakan celana branded seharga 2 kali tiket bolak-balik kampung halaman? Anda menggunakan jam tangan seharga 1 tiket pulang ke kampung halaman? Oh, atau anda lupa ya kalau kita bisa memilih di tempat rantau? Gimana? Nggak tau lokasi KPUnya ya? Oh no, alamat rumah perempuan atau laki-laki yang anda idamkan saja setengah mati anda cari tau, mengapa untuk bangsa ini tidak andak lakukan? Ingatlah sejarah bung! Bangsa ini berdiri karena darah dan keringat para pahlawan kita. Bukan atas dasar lomba fashion semata!
Ah malas, paling nanti orangnya yang itu-itu aja, korupsi lagi korupsi lagi! Kenapa pesimis? Apakah menurut anda, ketika para pahlawan dan Bung Karno berjuang mengusir penjajah, beliau berpikir bahwa “ngapain di usir? Toh ntar juga paling balik lagi” atau “ih mereka’kan senjatanya lebih canggih dari kita, kita bisa apa. Udahlah tidur aja di rumah”. Apakah dengan hanya berpikir seperti itu Indonesia bisa MERDEKA dan pribumi bisa mengenyam pendidikan hingga bergelar S3? Apakah menurut anda, anda akan bisa membaca tulisan ini dengan aman?
Sekali lagi, kita semua di anugerahi sebuah mesin yang dapat dengan mudah memperkaya akal dan pikiran kita. Mari berselancar mencari informasi akan kebutuhan negara ini, rekam jejak dari para calon pemimpin bangsa, dan framework yang mereka miliki untuk membangun bangsa ini, tentunya dengan sumber yang jelas dan dapat di percaya. Memilihlah, jika suatu saat nanti ia yang kita pilih tidak dapat memberikan perubahan, maka kita memiliki hak untuk memberikan kritikan.
Bangkitlah bangsaku, bangkitlah pemada-pemudi negeri, mari kita bangun INDONESIA baru, INDONESIA yang gagah berani. Jika boleh saya mengutip kata-kata dari Bung Karno
Tuhan tidak merubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya sendiri
Perubahan yang terjadi pada Bangsa ini berada di tangan anda. MERDEKA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H