Diskriminasi gender dalam pendidikan memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada individu yang terkena dampaknya, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Permasalahan ini menyebabkan ketidaksetaraan dalam kesempatan belajar dan menggangu kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak sosial dan psikologis yang timbul dari diskriminasi gender di lingkungan pendidikan. Mereka yang menjadi korban diskriminasi gender di sekolah dapat mengalami kurangnya kepercayaan diri dan harga diri. Misalnya, di suatu sekolah yang memprioritaskan siswa laki-laki untuk menjadi pengurus kelas seperti ketua, wakil, bendahara dsb. Dan ada juga yang memprioritaskan siswa laki-laki untuk mengikuti berbagai lomba daripada siswa perempuan. Karena hal tersebut anak perempuan merasa tidak dihargai atau tidak mampu. Hal ini dapat berdampak negatif pada keinginan mereka untuk belajar dan menyebabkan prestasi akademik yang memburuk.
Selain itu, diskriminasi gender dapat menyebabkan perasaan anak-anak merasa tidak nyaman, bahkan takut untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah atau berinteraksi dengan teman sebaya mereka. Ini dapat menghambat perkembangan sosial mereka dan berdampak pada kemampuan mereka untuk membentuk hubungan yang sehat dan positif.
Pembentukan stereotip adalah bukti sosial dari diskriminasi gender dalam pendidikan. Stereotip yang membatasi dalam pendidikan dapat memiliki dampak sosial yang signifikan, terutama dalam hal memilih karir. Ketika institusi pendidikan tidak menantang stereotip gender, mereka secara tidak langsung memperkuat norma sosial yang merugikan. Misalnya, pandangan bahwa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan dan matematika lebih sesuai untuk laki-laki, sementara mata pelajaran seni dan bahasa lebih sesuai untuk perempuan, tidak hanya membatasi pilihan pendidikan siswa dan menghambat keinginan mereka untuk mengejar karir di bidang yang dianggap tidak sesuai dengan gender mereka.
Akibatnya, pendidikan yang mengutamakan kesetaraan dan inklusi sangat penting untuk mengatasi efek sosial dan mental diskriminasi gender. Kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang memungkinkan semua siswa untuk berkembang secara optimal melalui metode yang memperkuat rasa nilai diri, memberikan dukungan sosial yang kuat, dan mempromosikan kesadaran akan hak-hak dan kemampuan setiap orang tanpa memandang gender. Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan kesehatan mental seseorang, tetapi juga memperkuat fondasi yang lebih adil untuk masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H