Mohon tunggu...
Hepi Mayaasari
Hepi Mayaasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Platform Kompasiana merupakan salah satu tempat untuk belajar menulis tentang apapun itu, yang terlintas dibenak saya. Selamat membaca! #awalnya coba-coba eh kecanduan (menulis)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mematahkan Stigma bahwa Perempuan "Tidak Perlu Bersekolah Tinggi-Tinggi, Nanti Ujung-Ujungnya di Dapur"

1 Maret 2024   19:02 Diperbarui: 1 Maret 2024   19:09 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap perempuan pasti pernah mendengar perkataan seperti "untuk apa melanjutkan pendidikan, kalau lulus tetap menjadi ibu rumah tangga" atau "tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya di dapur". Perkataan tersebut seolah-olah memunculkan stigma bahwa perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi, padahal seseorang akan mendapatkan privilege dalam mendapatkan pendidikan bahkan untuk perempuan sekalipun, yang mana peran pendidikan tersebut sangat penting dalam mengubah kehidupannya. Padahal siapa pun dan apapun latar belakangnya berhak mendapatkan pendidikan tanpa dibatasi oleh ras, agama, budaya atau gender.

Stigma tersebut masih ada sampai saat ini disebabkan karena budaya yang telah melekat pada masyarakat yang menjadikan salah satu faktor pendidikan untuk laki-laki lebih utama daripada perempuan. Nyatanya pendidikan sangat penting bagi perempuan karena perempuan kelak menjadi ibu yang melahirkan seorang anak, meski ada perempuan tidak ingin memiliki anak, pendidikan akan tetap penting untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.

Secara garis besar, ada tiga peranan perempuan dalam pendidikan yaitu untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Peran perempuan dalam pendidikan untuk diri sendiri yaitu dapat meningkatkan value pada dirinya. Seorang perempuan akan lebih dipandang jika memiliki status yang lebih tinggi serta dengan mendapatkan pekerjaan yang mapan akan dihormati oleh banyak orang, sebaliknya jika seorang perempuan tidak berpendidikan tinggi terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.

Sedangkan perempuan juga memegang peranan penting dalam keluarga sebagai seorang istri dan ibu. Sebagai istri, perempuan yang berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih pasangan yang setara dengan dirinya, sehingga dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga. Kemudian sebagai seorang ibu, perempuan memiliki tanggung jawab yang besar dalam melahirkan anaknya, sehingga peran seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya. Perempuan dengan pendidikan yang tinggi dapat melahirkan generasi yang cerdas dan berkualitas dalam keluarganya. Karena seorang ibu yang berpendidikan mempunyai pengetahuan lebih dalam mengembangkan potensi anaknya menjadi sukses di masa depan. Berbeda dengan seorang ibu yang berpendidikan rendah, perempuan yang memiliki pendidikan rendah umumnya masih menggunakan pola asuh yang diajarkan oleh ibunya saat ia masih kecil. Tidak jarang pola asuh tersebut kurang relevan untuk diterapkan kepada anaknya karena perbedaan zaman.

Selain itu, peran perempuan dalam pendidikan untuk masyarakat yaitu dengan memperoleh pekerjaan dan cara bersosialisasi. Sekarang salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan baik bagi laki-laki maupun perempuan adalah melalui pendidikan. Riwayat pendidikan akan menjadi patokan dari sekian banyak kriteria ketika melamar pekerjaan. Perempuan yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk menduduki jabatan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang memiliki pendidikan rendah. Sehingga pendapatan yang diperoleh cenderung lebih besar. Dalam pergaulan pun, perempuan yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah akan berbeda, karena pendidikan adalah sebuah mindset atau pola pikir seseorang. Perempuan yang berpendidikan tinggi dapat menjaga ruang lingkup pergaulannya dengan membatasi setiap sikapnya dalam bersosialisasi. Di sisi lain, perempuan yang berpendidikan rendah lebih cenderung mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Kurangnya pemahaman yang dimiliki, mereka berpotensi sulit untuk menemukan pergaulan yang aman untuk dirinya. Oleh karea itu, tidak jarang mereka terlibat dalam kasus seperti hamil di luar nikah, seks bebas, pernikahan dini, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa stigma yang beredar di masyarakat tentang perempuan yang ujung-ujungnya di dapur tidaklah tepat, karena perempuan memiliki peran yang sangat luas baik dalam kehidupan pribadi, keluarga hingga kehidupan di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun