Mohon tunggu...
Heny Rimadana
Heny Rimadana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang

suka membuat artikel dan jurnal ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

TikTok Shop Tutup Pintu: Memberi Ruang bagi Kompetitor

25 Oktober 2023   07:55 Diperbarui: 25 Oktober 2023   08:04 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fantech.id/

Apakah penutupan TikTok Shop di Indonesia adalah langkah tepat untuk menjaga keadilan ekonomi, ataukah ia membuka pintu bagi kompetitor untuk mengambil alih?

Bagaimana dampak penutupan ini terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan peluang pekerjaan? 

Artikel ini akan menjelajahi berbagai perspektif dan implikasi dari penutupan TikTok Shop, serta menggali apakah ada solusi yang lebih seimbang untuk mengatasi isu-isu yang ada.

Penutupan TikTok Shop yang baru-baru ini menjadi berita utama di Indonesia telah mengundang beragam tanggapan dan kontroversi di kalangan masyarakat. Keputusan TikTok untuk menghentikan fasilitas transaksi TikTok Shop pada awal Oktober 2023 telah menimbulkan diskusi yang hangat tentang implikasi ekonomi dan dampaknya pada berbagai pihak, terutama pelaku bisnis dan konsumen.

TikTok Shop merupakan salah satu fitur e-commerce yang diintegrasikan ke dalam aplikasi TikTok, yang awalnya dikenal sebagai platform hiburan yang menampilkan video-video pendek kreatif. Selama beberapa waktu, TikTok Shop telah menjadi tempat bagi penjual dan pengusaha untuk mempromosikan dan menjual berbagai produk dan layanan secara daring. Hal ini memicu perdebatan antara pendukung dan kritikus platform tersebut, dan ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penutupan TikTok Shop yang patut dipertimbangkan.

Satu pandangan yang mendukung penutupan TikTok Shop adalah bahwa platform ini, yang awalnya digunakan untuk hiburan dan konten kreatif, telah beralih secara signifikan menjadi pusat penjualan online. TikTok Shop telah mulai mendominasi dunia e-commerce dengan mengintegrasikan berbagai produk dan bisnis dalam konten video, menggunakan strategi marketing yang agresif. Pengguna TikTok bahkan mulai mengenal istilah "keranjang kuning," yang digunakan untuk memudahkan pembelian barang yang ditawarkan melalui platform tersebut. Banyak yang melihat pergeseran ini sebagai gangguan terhadap pengalaman pengguna TikTok yang awalnya lebih berfokus pada hiburan.

Salah satu isu yang muncul adalah bahwa TikTok Shop lebih didominasi oleh produk luar negeri yang menawarkan harga yang lebih murah. Ini dapat menjadi ancaman serius bagi produk lokal Indonesia, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mungkin kesulitan bersaing dalam hal harga. Pengguna TikTok mulai lebih tertarik pada produk-produk impor daripada produk dalam negeri.

Pemerintah Indonesia merespons dengan mengambil tindakan untuk mengatur TikTok Shop. Regulasi menjadi jalan tengah yang diusulkan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa TikTok Shop dan platform serupa tetap beroperasi dengan transparansi dan kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang ada.

Namun, penutupan TikTok Shop telah menimbulkan berbagai perdebatan. Sebagian masyarakat sebagai konsumen melihat TikTok Shop sebagai tempat untuk mendapatkan produk dengan harga yang lebih terjangkau. Mereka dapat dengan mudah mencari produk-produk yang mereka butuhkan dan berbelanja secara online, yang seringkali lebih nyaman daripada pergi ke toko fisik. TikTok Shop memberikan akses kepada banyak penjual, terutama UMKM, untuk menjual produk mereka secara daring.

Salah satu pertimbangan penting adalah dampak penutupan TikTok Shop terhadap UMKM yang telah menjual produk mereka melalui platform tersebut. Mereka mungkin mengalami kerugian karena kehilangan akses ke pasar yang luas yang telah mereka bangun melalui TikTok Shop. Beberapa pelaku bisnis mungkin telah menginvestasikan banyak waktu dan upaya dalam membangun reputasi dan pelanggan mereka di platform ini.

Sementara alasan penutupan TikTok Shop yang melibatkan Pasar Tanah Abang yang sepi pembeli dan isu perlindungan konsumen mungkin masuk akal, sebagian pihak menyoroti bahwa TikTok Shop memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak individu, seperti host live yang membantu menjual produk dan content creator. Ini menciptakan peluang pekerjaan di sektor yang terkait dengan platform tersebut. Penutupan TikTok Shop harus mempertimbangkan efeknya pada lapangan pekerjaan ini.

Mengenai isu perlindungan konsumen, pandangan yang mendukung penutupan TikTok Shop mengklaim bahwa platform ini tidak memberikan informasi yang memadai tentang penjual dan rating produk. Hal ini memunculkan ketidakpastian bagi konsumen mengenai kepercayaan dan kualitas produk yang mereka beli. Dalam beberapa kasus, konsumen melaporkan pengalaman buruk seperti barang yang tidak sesuai dengan deskripsi atau ketidaktransparan penjual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun