Mohon tunggu...
Heny Almaida
Heny Almaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malala Yousafzai: Penegak Keadilan Pendidikan Perempuan dari Negeri Seribu Cahaya

8 April 2023   14:24 Diperbarui: 8 April 2023   14:31 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malala Yousafzai, akrab dipanggil Malala, lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Namanya berasal dari Malalai Maiwand, seorang penyair dan pejuang Pasthun. Nama ayahnya adalah Ziauddin Yousafzai dan nama ibunya adalah Tul Pekai Yousafzai. Ayahnya adalah seorang penyair, aktivis pendidikan, dan juga pemilik sekolah tempat ayah Malala mendirikan sekolah yang bernama Kushal Public School. Dua tahun setelah kelahiran Malala lahir, adik laki-lakinya yang bernama Kushal.

  • PERJUANGAN MALALA YOUSAFZAI

Terlahir dari keluarga berpendidikan membuat semangat belajar dari Malala tak pernah padam dan mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Akan tetapi, semua itu sirna karena pada tahun 2008 deputi Maulana Fazlullah, Maulana Shah Dauran mengumumkan bahwa mulai Januari 2009 anak perempuan akan dilarang bersekolah. Hal itu membuat Malala dan teman-teman sekolahnya tidak bisa bersekolah lagi.

Seorang teman ayah Malala yaitu Abdul Hai Kakar, koresponden radio BBC di Peshwar yang saat itu mencari seorang guru perempuan atau anak sekolah untuk menulis buku harian selama pendidikan di Taliban. Malala dengan semangat yang tinggi berinisiatif ingin menulis ceritanya di buku harian tersebut guna ingin menunjukkan pada dunia pendidikan Taliban.

Walaupun Malala tidak memiliki pengalaman menulis, tetapi antusiasmenya tidak berkurang dan dia ingin memberi tahu dunia tentang pendidikan Taliban. Pendidikan Taliban yang tampaknya semakin tidak adil karena anak perempuan dilarang untuk bersekolah. Tulisan Malala yang ditulis dalam bahasa Urdu. Dengan nama penulis menggunakan nama samara yaitu "Gul Makai".

Dalam tulisannya tersebut, Malala juga mengungkapkan ketakutannya untuk pergi ke sekolah, karena ia terlihat diawasi oleh tentara Taliban sepanjang ia bersekolah. Malala juga berbicara tentang dipaksa memakai pakaian putih ke sekolah dan menyembunyikan buku-bukunya untuk menghindari perhatian Taliban itu. Pada 14 januari 2009, Taliban pun menutup resmi sekolah Ziauddin. Tak cukup sampai disitu, Taliban juga menghancurkan sekolah-sekolah di area tersebut. 

Pada bulan Mei, Ziauddin menerima ancaman pembunuhan dari seorang komandan Taliban setelah muncul siaran radio tersebut. Tak hanya ayahnya yang menerima ancaman pembunuhan tapi Malala juga mengalami demikian yang diancam akan dibunuh atau diculik jika dia tidak menghentikan kampanye-Nya tersebut.

Apalagi setelah film dokumenter New York Times dirilis, Malala menarik perhatian media dunia. Malala berbicara banyak tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan. Dia juga sangat aktif dalam mengkampanyekan tujuannya melalui Facebook, di mana dia mendapat banyak dukungan dari remaja lain di seluruh dunia. Namu, semakin ia terkenal, maka semakin besar pula rintangan  dan tantangan yang dia hadapi.

Siang hari tepatnya pada tanggal 9 Oktober 2012, Malala dan teman-teman sekolahnya sedang duduk di bus sekolah setelah baru saja menyelesaikan ujian di lembah Swat. Seorang pria bersenjata bertopeng naik ke bus dan berteriak, "Siapa Malala?". Begitu wajah Malala dikenali, Malala langsung ditembak tepat di kepala, leher, dan bahu. Dua gadis lainnya, Kainat. Riaz dan Shazia Ramzan pun juga terkena tembakan, tetapi masih dalam kondisi stabil sehingga masih bisa untuk di interogasi setelah penyerangan itu.

Tragedi upaya pembunuhan Malala memicu kemarahan dan simpati dari berbagai negara seluruh dunia. Demonstrasi pun diadakan di banyak kota di seluruh Pakistan untuk memprotes tragedi tersebut. Juru bicara utama Taliban, Esanullah Esan, akhirnya mengaku bertanggung jawab atas penyerangan Malala waktu itu. Akan tetapi mereka puny alasan mengapa ingin membunuh Malala yang dimana Ia dituduh menjadi korban cuci otak ayahnya. Ia menyebut Malala adalah simbol "kekafiran".

Pelaku Penembakan Malala adalah seorang pemuda berusia 23 tahun yang bernama Atta Ullah Khan. Walaupun Malala sempat mengalami koma dikarenakan luka tembakan serius di kepalanya sehingga dilarikan ke rumah sakit sampai ke Rumah Sakit Elizabeth Hospital Birmingham, Inggris untuk menjalani perawatan intensif. Tak berselang lama, akhirnya keajaiban datang padanya. Malala sembuh tanpa mengalami kerusakan otak.

  • PENCAPAIAN MALALA

Sebagai pengakuan atas kegigihan Malala, aktivis Afrika Selatan, Desmond Tutu menominasikan Malala untuk penghargaan International Children's Peace Prize of the Dutch pada Oktober 2011. Dan pada 19 Desember 2011, Perdana Menteri Yousaf Raza Gillani menganugerahinya National Peace Award For Youth. Malala seorang aktivis dengan tetap memperjuangkan hak-hak utamanya bagi perempuan Pakistan untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.

Juga tayang di alamtara.co:  https://alamtara.co/2023/03/18/malala-yousafzai-perempuan-pemberani-dari-negeri-seribu-cahaya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun