Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anak Cerdas, Ibu disiplin keras

2 Januari 2022   07:57 Diperbarui: 2 Januari 2022   08:00 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria dan wanita yang dipertemukan dalam cinta adalah pencipta anaknya. Bukan Tuhan. Semua sudah di atur oleh hukum alam. Peran Tuhan sebagai katalisator. Semua dari kita tahu bahwa air terdiri dari unsur hidrogen (H) dan oksigen (O). Mau bikin air, coba campur hidrogen dan oksigen. Pasti tidak jadi air. Terbentuknya air karena adanya peran katalisator energi listrik. Ketika oksigen dan hidrogen bereaksi dan dibantu oleh katalisator listrik, terbentuklah air. Pertanyaannya adakah listrik dalam air?. Air terdiri dari hidorgen dan oksigen, ke dua unsur itu ada dalam air, listriknya kemana?

Demikian pula terciptanya janin bayi. Tuhan berperan sebagai katalisator antara benih dari pria dan wanita. Tuhan menyatu dalam janin yang terbentuk. Tidak ada tetapi nyata. Ibu dan bapak adalah pencipta (Creator) janin. Setelah janin mulai tumbuh menjadi seorang anak manusia, peran ibu sangat besar sebagai pemelihara. Istilah dewanya bernama Wisnu, sang pemelihara. Sembilan (9) bulan bayi dibentuk dalam ahim seorang wanita. Ibulah pencipta bentuk dan karakter anak. Bukan bapak...

Hasil penelitian seseorang tentang kepintaran orang Yahudi, membuktikan peran seorang ibu. Menurut penelitian ahli tersebut, seorang ibu yang tahu bahwa dirinya sedang mengandung, menunjukkan kedisiplinan yang tinggi dalam menciptakan bayi yang cerdas. Sedikit yang saya ingat dari rangkuman hasil penelitian tersebut:


    • Sejak tahu bahwa dirinya mengandung, ibu selalu mengerjakan matematika. Dia sadar bahwa anak bisa pintar saat si ibu selalu memikirkan hitung-hitungan/matekatika. Ia bersama suaminya selalu berupaya menyelesaikan soal-soal matematika. Tidak perlu yang sulit-sulit. Perlu disadari bahwa saat si ibu berpikir, secara tidak langsung ia mengajarkan atau menanamkan hitungan matematik kepada sang janin. Saat itu proses pembentukan otak sedang terjadi.
    • Penelitian bahwa musik sejenis Mozart dan Bethoven mampu mencerdaskan jiwa sang anak sudah terbukti. Upaya yang sudah dilakukan, selain mendengarkan sendiri pada telinga sang ibu juga memperdengarkan secara langsung musik tersebut kepada sang calon anak. Tempelkan saja head phone pada perutnya.
    • Makanan juga memegang peran penting. Janganlah makan sembarangan makanan yang tidak sehat bagi pertumbuhan janin bayi. Jenis ikan dan kacang-kacangan tertentu sangat membantu pertumbuhan otak janin. Kita tahu bahwa kepintaan orang Jepang disebabkan kesenangannya makan ikan.
    • Olah raga ringan juga membantu pertumbuhan anak.

Dan lain-lain lagi. Kita dapat memperolehnya dengan mudah di dunia maya. Yang paling utama adalah kedisiplinan kita dalam melaukan proses penciptaan anak. Sekali lagi bukan karena Tuhan, tapi sangat tergantung peran ibu tersebut. Memang ada juga kasus yang istimewa. Seorang yang tidak melakukan proses tersebut di atas, anaknya tetap cerdas. Inilah kejaiban. Selalu saja ada campur tangan Keberadaan untuk membuktikan peran Nya. Dalam proses bayi Yahudi yang kebanyakan cerdas tersebut juga membuktikan betapa besar peran seorang ibu dalam proses penciptaan anak cerdas. Kita bisa saja melakukan proses penciptaan anak cerdas.

Dalam melakukan pembentukan proses penciptaan anak cerdas tersebut, seorang ibu dituntut disiplin tinggi. Kita juga sadar sesungguhnya bahwa saat sang ibu tersebut menginginkan anaknya menjadi cerdas, secara tidak langsung ia mengirimkan permohonan kepada Keberadan atau Tuhan agar anaknya cerdas.Bukannya sang ibu tidak memohon. Ia memohon dan menindak lanjuti permohonan dengan laku. Ke tiga hal yang sudah saya sebutkan di atas adalah bukti keseriusannya memohon. Inilah yang disebut will power . Keinginan yang tidak dibarengi pengetahuan untuk proses kesempurnaan ciptaannya, tidak menghasilkan apa-apa. Alias gagal. Kemudian dilanjutkan dengan action.

Will power, landasan pengetahuan, dan action. Iulah doa permohonan sesungguhnya. Bukan yang selama ini kita ketahui. Doa minta berhasil, tapi keinginan untuk memperolehnya tidak kuat. Sekedar berdoa tanpa dibarengi pengetahuan utuk meraihnya. Action nya juga tidak sungguh-sungguh. Inilah mental pengemis. Kemudian ketika ditanya, mengapa Tuhan tida mengabulkan permohonannya, dengan ringan ia menjawab:'uhan tidak mendengarkan doanya" Ia kemudian menyalahkan Tuhan...

Untuk menguatkan keinginannya/will power, ia melakukan berbagai upaya mencari informasi. Dalam mengumpulkan berbagai informasi yang bisa merealisasikan keinginannya, ia belajar, inilah pengetahuan. Dan ketika semua sudah dimilikinya, ia fokus melaksanakan keinginannya. Inilah fokus pada sasaran. Kekuatan pikiran menghasilkan yang maksimal. Proses yang baik dapat dipastikan menghasilkan yang terbaik. Waktu penciptaan anak selama 9 bulan 10 hari bukanlah waktu lama dibandingkan usia calon anaknya. Modal kecerdasan dari kedisiplinan seorang ibu akan membuahkan keringanan selama hidup ibu. Bayangkan jika anaknya menjadi pintar dan berkarakter, betapa kesenangan yang akan dialami seorang ibu. Sebaliknya karena kekurangan disiplinan seorang ibu dalam penciptaan anak cerdas, selama hidup ibu akan menyesal/menderita....

                        I'm a G.O.D....

             Generator......> Pencipta

            Organiser.......> Pemelihara

Destroyer.......> Pemusnah/pendaur ulang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun