Jangan berharap pintu surga sebelum kematian terjadi saat di dunia. Surga bukanlah suatu tempat. Bila surga suatu tempat, maka di manakah Tuhan berada? Benarkah Tuhan di surga? Lantas mungkinkah Tuhan suatu sosok yang begitu terbatas bagaikan manusia? Bingung?
Pintu Surga tidak akan terbuka bila keinginan tidak dilenyapkan saat kehidupan ini. Keinginan sebagai pintu atau penghalang atau hijab yang memisahkan. Lenyapnya keinginan juga melenyapkan penderitaan. Karena penderitaan terjadi ketika keinginan tidak terpenuhi. So, kebebasan atau moksha bukan setelah kematian. Adalah Suatu kepastian bahwa setiap orang dapat masuk surga. Tidak diragukan lagi...
Selama ini kita anggap bahwa kita hidup di alam nyata. Mungkin yang kita anggap nyata adalah ketika bisa disentuh dengan peraba kita. Tetapi kadang kita lupa bahwa perabaan ini juga naik turun. Sesuatu yang kita anggap halus atau lembut saat ini, bisa di masa akan datang berubah anggapan jadi kasar. Hal ini terjadi ketika di lain waktu kita meraba permutan yang lebih halus/lembut.
Dengan kata lain, perasaan yang kita terima melalui kulit dipengaruhi oleh pikiran. Dan pikiran yang seperti ini tercipta oleh pengaruh lingkungan. Tanpa sadar sesungguhnya setiap orang hidup di alam pikiran masing-masing. Inilah dunia kita sendiri yang unik. Jika kita mau mengamati, sesungguhnya kita hidup di alam paralel. Dan ini merupakan peluang sebagai alat pengubahnya.
Keterpisahan yang selama ini kita anggap nyata pun dengan berkembangnya dunia internet yang bisa menghubungkan kita dengan siapa saja 'in real time' sudah menjadi khayalan.
Tidak butuh bantuan
Untuk membuka pintu surga tidak dibutuhkan bantuan orang lain. Pengendalian keinginan merupakan kunci utama. Dalam buku 5 Steps to Awareness by Anand Krishna dituliskan:
              'Kematian "mu", sobat, itulah syarat mutlak. "Mati"-lah terlebih dahulu, sehingga pintu surga terbuka bagimu.
Itulah satu-satunya jaminan, bila surga yang kau inginkan. Selama "kau" masih hidup, pintu surga tetap rapat tertutup.