Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Moksha Berarti Kebebasan

15 November 2021   11:48 Diperbarui: 15 November 2021   12:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moksha berarti kebebasan. Moksha merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia secara umum, bukan hanya kebutuhan satu jenis manusia. Dalam simbol asli Svastika yang terbagi atas  ruang atau kotak menggambarkan kebutuhan manusia secara umum. Kebutuhan hidup berarti sesuatu yang tidak bisa tergantikan. Berbeda dengan keinginan. Keinginan berarti sesuatu hal yang tidak harus dipenuhi.

Empat bagian dalam satu kotak sebagaimana tergambarkan pada simbol di bawah ini terdiri dari:                                                                                                    

  1. Dharma yang mewakili karakter. Kebutuhan seseorang menjadi baik merupakan kebutuhan dasar untuk hidup. Baik berarti sadar akan adanya hubungan diri dengan lingkungan. Berkarakter baik berarti baik terhadap semuanya, lingkungan maupun sesama makhluk hidup. Bukan hanya berbuat baik terhadap satu golongan atau kelompok. Inilah sifat alam semesta.
  2. Artha atau kekayaan/uang mewakili hidup sejahtera. Setiap orang memiliki kebutuhan untuk hidup sejahtera. Tanpa memiliki uang atau kekayaan, kehidupannya akan menjadi beban orang lain. Hal ini akan menciptakan penderitaan bagi sesama manusia. Uang adalah energi untuk menciptakan kehidupan yang berkarakter.
  3. Kama mewakili hubungan atau relationship. Adalah kebutuhan setiap orang untuk hidup berkelompok. Ini berarti bahwa seseorang memiliki hubungan baik dengan sesama mahluk hidup. Setiap orang hidup dan terhubung dengan sesamanya. Sebagaimana dikatakan oleh Albert Einstain bahwa kita semua disatukan oleh satu medan energi yang sama; Unifield field of Energy. Agar mendapatkan rasa bahagia, kebutuhan hubungan baik menjadi suatu kebutuhan hidup. Hubungan baik, baik terhadap sesama maupun lingkungan membuat orang bahagia.
  4. Moksha atau kebebasan adalah bagian terakhir. Kebebasan untuk berekspresi, bekerja, berpikir serta menyampaikan pendapat. Moksha bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh setelah kematian. Seseorang yang merasa bebas untuk melakukan sesuatu, tentu kebebasan bertanggung jawab. Bukan bebas berteriak atau berbuat tetapi mengganggu orang lain. Ini adalah tindak kekerasan. Seseorang bisa bebas atau moksha bila ia secara keuangan serta hubungan dengan lingkungan tidak terganggu. Kebebasan cara ini adalah kebahagiaan.

Svastika

Lambang ini dipopulerkan oleh Nazi. Konon katanya Hitler sangat tahu makna kotak tersebut di atas. Sayangnya, ia melakukan distorsi dalam penggambaran simbol Svastiastu sehingga cara berpikirnya juga ikut terdistorsi.

Lambang asli sebagaimana gambar di atas, satu kotak dengan  titik telah ditemukan oleh satu peradaban yang disebut Sindhu, tepatnya di lembah sungai Sindhu. Hasil penelitian terakhir disebutkan telah berusia  lebih dari sepuluh ribu tahun. Implementasi dari kearifan ini membuat hidup manusia menjadikan bahagia. Jika setiap orang bersedia melakoni kearifan ini, hidup menjadi tenteram dan damai.Hal ini terbukti dari peninggalan bangunan di lembah Sindhu, Mohenjodaro.

Di pulau Bali, orang mengucapkan Om Svastiastu. Artinya orang di sana mengucapkan salam sebagai doa agar yang dijumpai sejahtera serta hidup secara mulia. Sungguh agung peradaban Lembah Sindhu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun