Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Menjadi Hamba Tuhan?

1 November 2021   16:18 Diperbarui: 1 November 2021   17:03 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamba Tuhan 

Hamba Tuhan berarti kita juga mencintai semua ciptaan-Nya. Sebagaimana kita percayai dan yakini bersama, yang kita tahu bahwa alam semesta deserta isinya adalah ciptaan-Nya. Dia Yang Maha Pemberi menyediakan bagi kita semua kebutuhan untuk menjalani kehidupan. Tentu sebagai hamba Tuhan juga patat bersyukur dengan memelihara dan mencintai semua anugerahNya.

Kita semua membutuhkan makanan, tempat berteduh serta penutup tubuh, dan Tuhan melalui alam menyediakan berada di sekitar kita. Tanpa adaya alam: pohon serta makhluk hidup lainnya, kita tidak bisa bertahan hidup. Bernapas pun adalah anugerah atau berkahNya. Sirkulasi yang terjadi di alam: karbon dioksida digunakan tumbuhan untuk metabolisme kemudian menghasilkan oksigen yang kita gunakan untuk hidup. Jadilah hamba Tuhan dengan senantiasa bersyukur.

Tuhan yang mana? 

Kita menyebutkan diri sebagai hamba Tuhan. Tetapi pernah kah kita mengetahui Tuhan berada di mana?

Banyak orang akan menujukkan Tuhan yang berada di atas sana. Penyebutan bahwa Tuhan berada di atas sana sesungguhnya kita menganggap Dia tidak ada di alam sini; di sekitar kita. Inilah sebabnya kita sering menjadi pencuri. Yang saya maksudkan sebagai pencuri adalah kita tidak bersyukur terhadap segala sesuatu yang kita gunakan agar kita tetap bisa hidup.

Pengabaian ini membuktikan bahwa sesungguhnya kita belum memahami pesan para suci da avatar yang telah hadir di bumi ini. Pesan para suci jelas sekali: Tuhan berada di barat da di timur serta di mana-mana. Yang paling dekat, bahkan lebih dekat dari urat lehermu: Tuhan yang bersinggasana dalam sanubari kita.

Bila kita melakukan sesuatu yang tidak selaras dengan kehendak-Nya, hati kita galau. Namun karena ketidakpekaan kita, kita sering abai.

Ciptakan Kedamaian  

Tidak perlu kita mengupayakan sekitar kita menjadi damai, tetapi kita sendiri belum mampu membuat diri kita damai. Kita seringkali melihat ke luar diri. Melihat orang lain begini dan begitu. Kita sering melakukan kritik dan mencela. Tanpa kita sadar bahwa bila mengaku sebagai hamba Tuhan, kita juga harus menghargai semua ciptaan-Nya.

Ibarat di suatu rumah tangga, kita sebagai pelayan juga harus menghargai dan memelihara segala sesuatu yang dimiliki oleh majikan kita. Kerugian majikan juga kerugian kita. Rasa sense of belonging ini harus mendarahdaging. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun