Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I am a God

30 Oktober 2021   09:00 Diperbarui: 30 Oktober 2021   09:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah sebabnya manusia menderita. Kebanyakan manusia selalu merasa menderita karena tidak mau menerima keadaan diri sendiri. Menerima keadaan bukan berarti diam. Berkah dari Allah tidak bakal turun tanpa upaya. Dari pernyataan ini sesungguhnya semakin membuat saya semakin bingung. Benarkah berkah dari Tuhan? Atau karena kegigihan upaya manusia sendiri.

Suatu pertanyaan yang tidak seorangpun mampu menjawab. Karena tidak seorangpun bisa memastikan atau membedakan antara hasil dari berkah dan usaha. Jika tanpa usaha sangat jelas kesalahannya. Tidak mungkin seseorang tanpa usaha bisa mendapatkan hasil.

Hal lain yang semakin membuat saya bingung adalah, apakah ada titik henti bagi seseorang yang berupaya? Jika tidak ada tituk henti, kapankah secara pasti peran berkah mulai? Ini juga tiada seorangpun bisa menjawab. Karena, jelas tiada seorangpun tahu dengan pasti bentuk dari berkah. Semua begitu misteri.

Satu hal yang amat pasti bagi saya adalah, bahwa manusia menderita karena ulahnya sendiri. Dalam hal ini manusia berperan sebagai dewa. Dewa adalah kekuatan yang menurut bayangan kita sesuatu kekuatan di luar diri manusia. Tetapi, mengapa mesti kita melihat keluar diri?

Pernahkah kita berpikir panjang bahwa seorang ahli kungfu yang bisa membuat dirinya kebal juga hasil dari latihan? Selain itu, kita selalu bepikir bahwa seseorang yang melakoni ritual untuk mendapatkan kesaktian atau kekebalan dianggap menggunakan bantuan jin. Benarkah demikian?

Sesungguhnya tidak. Semua berasal dari kekuatan pikiran sendiri. Coba saja kita renungkan, benarkah pesawat terbang, tank yang kuat, kapal laut yang perkasa tidak berasal dari kekuatan pikiran? Semua dari kekuatan pikiran. Bahan bakunya saja yang dari luar. Tanpa pikiran, tiada rumus tercipta.

Kita adalah pencipta. Sebagai generator (G). Kemudian ditindak lanjuti dengan perbuatan. Inilah peran operator (O). Namun, suatu ketika kita bosan, dan kita berperan sebagai destructor (D). Kitalah GOD. Apapun kejadian itu, kita lah sebagai pemeran utama dai penderitaan kita.

Lantas dimana peran orang lain? Saya balik bertanya, mengapa mesti mengurusi oang lain, jika kita sudah sadar bahwa kitalah pencipta penderitaan atau kesengsaraan sendiri. Saat bertanya tentang oang lain, kita akan lari mencari kesalahan orang lain. Dan kita sadar bahwa saat mencari kesalahan oang lain, kita sedang menciptakan penyakit bagi diri sendiri.

Solusi untuk mengakhiri penderitaan adalah: Hentikan mencari orang lain sebagai sumber penyebab penderitaan kita. Dan langkah selanjutnya, menyadari bahwa diri kita adalah GOD. Kitalah pencipta masalah, pemelihara masalah, dan yang bisa menuntaskan atau menyelesaikan masalah kita juga diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun