Penjara Manusia
Penjara Manusia bukanlah sebagaimana yang kita kenal saat ini, jeruji besi. Tetapi pikiran dan perasaan atau mind kitalah sesungguhnya penjara manusia. Dan yang lebih menyedihkan lagi, kita sering menuduh atau mengatakan Tuhan yang menyengsarakan kita.
Kembangkan Kasih
Ketika hewan dalam diri kita dilepaskan secara bebas seperti gambar di atas, saat itulah kita mengurung kemanusiaan kita dalam penjara. Dengan kata lain, yang kita umbar atau bebas lepaskan adalah sifat hewaniah kita. Bahkan lebih parah lagi' keserakahan kita.
Pendidikan
Tujuan utama atau paling tinggi pendidikan adalah menjadikan kita sebagai MANUSIA. Adalah kesalahan kita semua ketika mengartikan bahwa tujuan utama pendidikan adalah menjadi pintar untuk mendapatkan gelar sehingga bisa sukses hidupnya. Dalam hal konotasi sukses pun belum tepat.
Dan ketika pendidikan salah arahnya, maka tidak pelak lagi yang disebut budaya pun menjadi salah Arah. Dan bila kita amati tayangan televisi pun sekarang sudah jauh dari arah pendidikan yang utuh. Semuanya dilandasi materi; inilah era Kaliyuga.
Melawan?
Seringkali saya mendengar bahwa 'Kita melawan Virus Corona...'
Sesungguhnya yang kita lawan bukanlah si Virus, tetapi kebodohan kita. Karena virus itu muncul sebagai akibat ulah kita; karma. Â Sehingga solusinya bukanlah di luar diri, tetapi mengubah cara atau pola makan kita. Kita konsumsi makanan tidak untuk menunjang kehidupan, tetapi melawan dengan kodrat kita. Diet kita tidak lagi selaras dengan alam. Inilah kasih.Â
Dengan mempelajari kemunculan virus sebagai akibat kebodohan kita yang memiliki diet sekedar merusak kesehatan tubuh.Â
Dengan konotasi seperti ini, kita tidak akan bisa memperbaiki diri sendiri. Karena kita selalu melihat ke luar diri, tidak pernah akan bisa melakukan introspeksi diri. Sama saja dengan kita tidak pernah bisa belajar dari sejarah. Tidak mengherankan bila terus saja ada masalah.
Persiapkan Diri
Karena kita tidak pernah belajar dari sejarah, maka kita harus bersiap mengalami hal serupa atau sejenis di masa akan datang. Hidup adalah pengulangan; hanya pelakunya yang berbeda. Hal ini terjadi karena kita tidak berupaya melihat atau berpaling kepada Dia yang ada dalam diri kita.
Makna berpaling ke dalam diri adalah bagaimana kita hidup selaras dengan alam. Tidak merusak serta tidak mengumbar keinginan untuk makanan berlebihan. Pola makan yang tidak membuat kerugian bagi makhluk hidup lain.Â
Bila kita mau berjujur terhadap diri sendiri, sesungguhnya pola makan yang hanya memperturutkan kenyamanan lidah adalah bentuk atau cara kita untuk merusak diri sendiri. Misalnya, kita senang makan gorengan, pemunuhan keinginan untuk gorengen setiap hari bisa menimbulkan penyakit.Â
Satu bentuk bahwa kita menyayangi tubuh adalah bila kita memiliki kemampuan untuk hidup dengan diet yang menunjang kesehatan bukan merusak kesehatan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H