Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ekonomi Kehidupan

19 Oktober 2021   11:25 Diperbarui: 19 Oktober 2021   11:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekonomi Kehidupan

Ekonomi Kehidupan merupakan cara bagaimana hidup secara prinsip ekonomi yang paling mendasar. Prinsip ilmu ekonomi yang paling dasar adalah dengan modal sekecil mungkin mendapatkan hasil sebesar atau semaksimal mungkin. Prinsip dasar ini banyak dilupakan orang sehingga banyak kerusakan alam yang terjadi juga banyak membuat kerugian banyak orang.

Melakoni hidup dengan berlandaskan pola Ekonomi Kehidupan akan membuat dunia dalam keadaan lebih baik dan berkelanjutan. Landasan utamanya berlandaskan bahwa setiap orang memiliki hak sama dalam menikmati kehidupan yang layak dan cukup memadai untuk hidup.

Ekonom Sejati

Pada umumnya banyak orang pintar tetapi belum tepat sasaran dalam memanfaatkan ilmu ekonominya secara tepat. Yang dimaksudkan secara tepat adalah pada kesesuaian penerapannya dengan situasi dan kondisi sekitarnya.

Dalam buku Narada Bhakti Sutra by Anand Krishna ada suatu cerita menarik. Bukan cerita tentang seorang yang terkenal, tetapi cara berpikirnya sangat brilian dan cerdas; ia seorang ekonom sejati.

Ada seorang penjual sayur yang sudah tua. Ia berjualan sayur setiap hari di dalam suatu komplek perumahan. Ketika ia berjualan dalam komplek yang dihuni oleh para golongan menengah ke atas, ia selalu berkata jujur bahwa ia menjual harga sayuran lebih tinggi daripada harga di kampung dengan alasan banyak orang di kampung yang tidak mampu beli sayuran. Tentu juga ia menjual dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Namun di lain sisi, ia juga memikirkan tetangga sekitarnya yang tidak atau kurang mampu membeli sayuran dagangannya.

Ketika ia berjualan di kampung sekitar komplek perumahan ia menjual sayuran dengan harga yang lebih murah dari harga di komplek. Inilah prinsip seorang ekonom sejati. Bejualan dengan landasan ekonomi sejati tidaklah berarti mencari keuntungan banyak kemudian merugikan orang lain. Kejujuran inilah yang membuatnya hidup; Urip Iku Urup. Ia tidak mencari keuntungan semata, tetapi juga tidak berjualan yang merugikan orang lain.

Bercermin cara berpikir penjual sayur membhat saya termenung. Betu-betul tanpa disadari ia seorang spiritual. Ia mampu bertindak tepat pada waktu dan tempat. Di pulau Bali disebut: Dhesa, Kala, dan Patra.

Dhesa artinya tempat kita berbuat sesuai dengan lingkungan dan kondisi masyarakat. Kala berarti waktu. Dengan kata lain si penjual sayur bertindak seperi di atas melihat waktu. Patra artinya keadaan. Keadaan sekitarnya orang mampu, ia menjual harga tinggi. Sebaliknya bila ia berjualan di sekitar orang kurang mampu, ia menjual murah.

Hidup penuh Syukur

Adalah sesuatu yang amat sangat pantas kita syukuri bisa lahir di dunia ini. Sesungguhnya bila kita bisa hidup dengan senantiasa bersyukur, akan banyak jalan untuk dapat hidup secara layak. Pikiran yang jernih dan penuh rasa syukur merupakan kekuatan baik yang bisa mendapatkan kebaikan pula dalam kehidupan.

Bila tidak punya uang, berbagilah senyuman sehingga yng melihat wajah kita tidak tambah suntuk. Bila tidak ada uang, berbagilah tenaga untuk membantu mengangkat atau bersih-bersih. Sekecil apa pun bila kita memiliki niat untuk membantu orang, itulah peran kita.

Sebaliknya, bila kita hidup dengan selalu mengeluh dan komplain secara tanta sengaja akan semakin menjauhkan diri dari rejeki. Inilah hukum tarik menarik; The Law of Attraction. Baik akan menarik kebaikan pula, tentunya juga rejeki yang baik.

Hidup dengan penuh syukur juga membuat tubuh lebih sehat. Pikiran sehat tubuh sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun