Kecerdasan pilih makanan
Kecerdasan pilih makanan menunjukkan kualitas mental seseorang. Memang aneh pernyataan ini, tetapi realitanya memang seperti itu. Yang aneh adalah bagaimana seseorang bisa memburu makanan yang tidak sehat. Kita berburu makanan yang tidak menunjang kesehatan kita adalah pola hidup orang sakit. Ini pertanda bahwa kita belum memahami tujuan dari makan itu sendiri. Tujuan utama makanan sebagaimana pemahaman para leluhur kita adalah digunakan sebagai obat; obat lapar. Namun, karena kita memuja kenayamanan lidah akhirnya kita lupa akan tujuan utamanya.
Kita perlu menanamkan dalam diri sendiri bahwa makan itu juga merupakan obat; bukan obat lapar saja, tetapi juga obat untuk menunjang kesehatan mental kita. Bila kita hanya sekedar mengumbar rasa enak, kita belum sampai pada tingkat kecerdasan pilih makanan. Untuk sampai pada tingkat ini dibutuhkan pengetahuan yang luas. Makanan menjadi darah dalam tubuh kita. Darah yang baik dikirinkan ke otak akan membuat otak kita jadi lebih sehat.
Pengetahuan yang tepat
Makanlah bila dalam keadaan lapar, dan berhentilah sebelum kenyang. Inilah pesan seorang bijak yang lahir di wilayah Timur Tengah yang menebarkan pesan mulia: Rahmat bagi sekalian alam.
Pemilihan jenis makanan bertujuan untuk menunjang pengembangan kesadaran kita; bertujuan untuk menunjang evolusi kesadaran. Bukankah tujuan kelahiran utama manusia untuk menjadi insan mulia?
Untuk menjadi insan mulia, kita mesti membenahi diri. Hanya dengen cara membenahi diri kemudian kita bisa mengembangkan pola hidup mulia. Setelah itu kita baru bisa berbagi kebahagiaan. Berbagi kebahagiaan bermakna memberikan arti Kehidupan bagi semua makhluk di bumi, baik bergerak/hidup maupun tidak bergerak. Tidak satu pun benda tidak hidup, bahkan bumi yang kita anggap mati pun sesungguhnya hidup. Mau bukti?
Bumi Hidup
Ingatlan pepatah Jawa Kuno: Urip iku Urup. Ya, hanya makhluk yang hidup bisa berbagai Kehidupan bagi lainnya. Dari manakah sumber makanan? Dari tanaman tentunya. Di manakah tanaman mendapatkan nutrisi agar tetap hidup? Dari bumi pastinya.
Oleh karena itu bumi ini kita sebut Ibu Pertiwi. Bukankah kita bisa hidup juga dari air susu seorang ibu?
Sayangnya kebanyakan dari kita masih saja menganggap bahwa dengan memberikan persembahan bagi Ibu Bumi dianggap menyembah berhala. Bahkan banyak perilaku yang pada ujungnya mengakibatkan kerusakan bagi alam sekitar. Dengan kata lain, kita belum bisa menerima bumi ini sebagai ibu kita.
Bukan merupakan suatu kebetulan bahwa hanya seorang yang sudah memahami intelejensia tinggi memiliki Kecerdasan pilih makanan. Butuh proses?
Marilah menjaga Alam demi keberlangsungan Kehidupan bagi anak cucu.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H