Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Omong Kosong Mereka Percaya Neraka...

24 September 2021   08:24 Diperbarui: 24 September 2021   08:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak sekolah yang seringkali tawuran disebabkan oleh rasa gelisah dalam dirinya. Tidak ada ketenangan. Rasa ketenangan terjadi jika kita menyadari bahwa Tuhan tidak berada terpisah dari diri kita. Yang disampaikan oleh para pemuka agama yang mengajarkan agama di sekolah adalah bahwa manusia harus menyembah Tuhan. Jika dikatakan menyembah berarti ada dua individu yang terpisah. Sedikit yang menyampaikan secara mendalam bagaimana menyembah Tuhan dengan benar.

Menyembah Tuhan berarti mencintai dan menyayangi semua ciptaan Tuhan. Hal lain yang sangat menyedihkan adalah kita tidak sadar bahwa seorang anak kecil lebih gampang menyimpan memori. Kita seringkali membawa seorang anak ke tempat pemotongan hewan. Si anak menyimpan memori bahwa menumpahkan darah adalah hal biasa. Menumpahkan darah adalah perbuatan kekerasan yang sama sekali bertentangan dengan perintah Tuhan. Mungkin ada yang membantah, itu kan perintah agama.

Benar perintah agama. Tetapi printah agama juga kah membawa seorang anak kecil yang masih polos untuk menonton hewan disembelih. Sadarkah kita bahwa seorang anak kecil memiliki kemampuan tinggi dala hal penyimpanan memori? Kekerasa ini menjadi satu ingatan yang kuat melekat dalam diri seorang anak. Sehingga di saat dewasa, seorang anak dengan sendirinya memiliki sifat kekerasan dalam perbuatannya.

Seseorang yang sadar bahwa dirinya tidak terpisah dari Tuhan, tidak merasa gelisah dan khawatir. Tidak berbeda dengan seorang LHI. Jika dirinya yain bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa kehadiran Tuhan, ia tidak akan mengumbar nafsu syahwatnya. Sesungguhnya ia tidak percaya akan adanya surga dan neraka. Yang ia percaya adalah bahwa uang memdatangkan kenikmatan duniawi. Lantas untuk apa menunggu kenikmatan bidadari setelah kematian. Toh, tidak seorangpun penjahat yang hidup lagi dan berkata bahwa mereka merasakan siksaan di neraka setelah kematian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun