Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apresiasi Menyatukan, Toleransi Memecahbelah......

23 September 2021   08:04 Diperbarui: 23 September 2021   08:07 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apresiasi menyatukan

Apresiasi menyatukan karena rasa menghargai muncul atau terwujud bila dan hanya bila seseorang bisa memahami dan percaya bahwa perbedaan hanya ada di permukaan. Di balik semua perbedaan yang sesungguhnya digerakan oleh Dia Hyang Maha Tunggal adanya.

Sebagaimana dicetuskan oleh Mpu Tantular: Bhineka Tunggal Ika. Mpu Tantular bukan tanpa dasar memberikan pernyataan ini.  Dia menyadari bahwa segala sessuata di balik perbedaan pada permukaan digerakkan oleh hyang Maha Satu adanya. Oleh karenanya pada kalimat Bhineka Tunggal Ika ada 3 kali sebutan kata satu. Eka berarti satu; Tunggal juga bermakna satu; dan terakhir Ika jura memberikan arti satu.

Menghargai lebih tinggi daripada toleransi. Toleransi berarti menerima perbedaan saja. Perbedaan berarti masih pada tataran permukaan. Karena menghargai berarti menghormati kepada sesuatu yang menggerakkan segala makhluk. Lebih dalam daripada sekedar lapisan permukaan. Yang menghidupi segala makhluk di alam ini hanya Dia Hyang Maha Tunggal.

Melampaui Mind

Bertoleransi belum berani memberikan pernyataan bahwa keyakinan atau kepercayaanku tidak lebih baik dari keyakinan/kepercayaanmu. Mereka me-apresiasi akan dengan lapang dada mengatakan bahwa keyakinan/kepercayaannya tidak lebih baik dari keyakinan/kepercayaan yang dianut oleh orang lain.

Toleransi masih pada ranah atau wilayah pikiran atau mind/perasaan atau emosi yang senantiasa berubah, sedangkan mereka yang me-apresiasi tidak lagi berada pada wilayah pikiran permukaan. Karena sesungguhnya perbedaan berada di permukaan. Bagaikan atom, tidak ada bedanya. Bila tubuh kita dibelah terus sampai menjadi atom, kemudian hal sama dilakukan terhadap kayu, apakah ada perbedaan antara atom kayu dan atom tubuh kita? Pemahaman seperti ini akan meluaskan cara pandang kita. Yang menarik lagi, ketika seseorang memiliki pola pandang seperti ini, ia akan merasakan kebahagiaan sejati.

Bila dikatakan bahwa awan yang selalu bergerak bagaikan pergerakan pikiran kita, maka cara berpikir yang memberikan apresiasi ada pada tataran langit yang permanent atau tetap tidak bergerak atau berubah seperti awan.

Karena sampai sekarangpun, yang dikatakan atom hanyalah suatu asumsi. Belum pernah seseorang bisa melihat atom. Keberadaan atom merupakan keabadian. Atom bisa lenyap bila bumi ini punah.

Jiwa

Kita semua tahu kata jiwa, tetapi benarkah kita memahami bahwa Jiwa satu adanya? Jiwa bukanlah roh. Silahkan baca ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun