Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Spiritualitas Tidak Gratis?

9 Juni 2021   07:59 Diperbarui: 9 Juni 2021   08:16 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Spiritualitas Gratis

Spiritualitas gratis tidak mungkin betul. Seorang guru sejati yang betul-betul memahami tentang spiritual tidak akan memberikan pemahaman ini. Karena seorang guru sejati mengerti dengan tepat tentang alam benda dan kebendaan.

Alam benda dan kebendaan memiliki hukum yang tidak dapat dihindarkan lagi, yaitu hukum sebab akibat. Hukum ini merupakan hukum alam yang tidak bisa dinafikan.  Satu hal lagi yang mesti diingatkan bahwa di dunia ini masih tetap berlaku pepatah ini: 'No free for lunch'. Dengan kata lain tidak ada yang gratis di dunia benda ini.

Gratis = malas

Ya gratis membuat orang jadi malas. Karena mereka akan meremehkan yang diberikan. Hal ini sangat sederhana dipahami. Segala sesuatu yang diperoleh atau didapatkan dengan mudah juga akan hilang dengan mudah. Mari kita perhatikan mereka yang mendapatkan warisan dari orang tuanya tanpa kerja keras terlebih dahulu,  maka data dipastikan akan hilang dengan mudah. Karena mereka tidak mengingat akan perjuangan sulit untuk mendapatkan harta tersebut. Secara otomatis mereka menghamburkan dengan mudah.

Hal ini juga bisa diibaratkan: 'Lebih baik mengajari memancing daripada memberikan ikan.'

Bila kita menerima sesuatu dengan gratis berarti kita tidak menghargai energi. Bukankah kita mendapatkan listrik juga harus berupaya dulu? Upaya mendapatkan sesuatu membuat kita menghargai orang lain. Bila kita menghargai pemberian orang, kita akan menyimpan dengan baik.

Terima kasih

Ungkapan terima kasih mestilah dilakukan, bukan hanya sekedar diucapkan. Inilah kata yang berbeda dengan bahasa lain. Kita menerima sesuatu, maka kita harus mengasih atau memberikan sesuatu; inilah hukum sebab akibat.

Dengan pemahaman yang dilakoni, maka kita bisa akan hidup selaras dengan alam. Ketika kita menerima  kenyamanan dari tanaman, misalnya tanaman padi, bukankah kita juga harus menanam dan memelihar dengan memberikan pupil dan air sehingga kita bisa merasa kenyang? Ini yang sederhana tentang hukum kebendaan; apalagi spiritual.

Spiritual

Spiritual berarti kita bekerja keras untuk mengingatkan kesetatian diri. Kesejatian diri ini terpendam atau tertutupi oleh identitas pals. Identitas palsu adalah identitas yang diberikan oleh masyarakat sekitar kita. Selama ini panpa disadari sesungguhnya kita telah terjebak oleh identitas yang disematkan oleh mereka yang belum sadar oleh kesejatian dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Kita Bisa mendapatkan emas asli dari mereka yang kenal emas saja tidak?

Untuk menemukan kesejatian diri, kita harus menanggalkan segala identitas yang kita peroleh dari masyarakat sekitar. Termasuk melepaskan kebendaan dari pikiran kita. Kesejatian kita tertutup oleh kebendaan.

Tujuan utama kelahiran adalah untuk mengungkapkan kesejatian diri. Semua harta benda mesti kita lepaskan dari pikiran. Dengan pemahaman bahwa Spiritualitas gratis, kita akan terjebak dalam alam kebendaan. Oleh karena itu, seorang Guru Sejati tidak akan memberkan pemahaman ini. Gratis identik dengan malas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun