Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kualitas Pemimpin

12 Februari 2021   08:29 Diperbarui: 12 Februari 2021   08:48 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kualitas Pemimpin

Kualitas pemimpin tidak jauh beda dari kualitas rakyatnya. Ya, bagaikan pepatah: 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.' Ini bukan mitos, sifat dan karakter yang kita pilih tidak jauh dengan sifat yang  kita miliki.

Dari buku LIVE LOVE LAUGH by Maharshi Anand Krishna:

"Hola, para pemimpin kami sungguh egois dan bermuka tebal."

Yah, mereka tidak turun dari surga. Mereka adalah produk dari masyarakat dan sister sosial kalian."

MORAL: Jangan menyalahkan para pemimpin berkualitas buruk, karena mereka tidak sadar apa yang mereka lakukan. Salahkan dirimu sendiri         yang menciptakan sistem sosial yang hanya bisa menghasilkan pemimpin semacam itu.

Media Sosial

Baik media resmi atau media sosial yang kita baca menggambarkan kondisi kita yang sakit. Tampaknya tubuh sehat, tetapi kita tidak sadar bahwa sesungguhnya mental kita dalam kondisi kritis. Kita hanya pandai mengkritik tanpa memberikan solusi. Padahal kritikan kita juga sesungguhnya hanyalah ekspresi mental yang tidak sehat.

Bila kondisi mental dan pikiran kita baik dan sehat, maka yang kita sampaikan juga berkualitas membangun. Membangun bukan hanya untuk golongan dan diri sendiri, tetapi untuk kebaikan bagi semua. Untuk itu, kita harus memperbaiki kualitas persepsi kita; persepsi ilahi.

Kita hanya pandai melontarkan sesuatu yang sering-sering kita juga tidak mampu untuk menjalankannya. Kita lupa bahwa karena terlalu banyak melihat ke luar diri sehingga lupa melihat diri sendiri. Kita lupa akan tujuan utama keberadaan di bumi saat ini. Ya, mengembangkan Kemanusiaan. Hanya setelah kita menjadi manusia, kita mampu menyampaikan suatu kebaikan bagi sesama.

Hewaniah

Kita lahir kembali karena dorongan keinginan untuk menikmati atau memuja indra kita. Mau bukti? Gampang.

Lihat saja tayangan televisi..........

Yang ramai dan mendapatkan rating tinggi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan indrawi kita. Tentang makanan yang enak. Walaupun jauh dan antrian panjang, banyak orang sanggup menunggu untuk bisa mendapatkannya. tentant kuliner banyak pemirsanya. Berita selebriti, tinggi ratingnya. Tentang gosip; makin digosok makin sip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun