Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lalaikan Harga Diri, Tidak Bahagia

21 Januari 2021   17:18 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:20 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Harga Diri

Harga Diri adalah nilai yang paling tinggi. Yang menjadi pertanyaan: 'Diri yang mana?'  Banyak di antara kita juga belum kenal diri. Ada yang menghargai diri Sebagaimana yang dikondisikan oleh masyarakat melalui penghargaan pada titel yang diperoleh dari sekolah. Semakin banyak gelar semakin dilargai oleh sekitar kita. Tetapi apakah kita menjadi bahagia karena sanjungan dan pujian? Kita senang, tetapi rasa senang bukanlah kebahagiaan. Ini rasa puas diri karena sesuatu pencapaian.

Ada yang senang karena kontent yang diunggah di sjosmed banyak di like oleh orang atau ditonton banyak orang. Ini juga masih emosi kesenangan yang sesaat lagi bisa berubpah karena sedikit yang like dan sedikit yang menonton unggahannya. Senang karena ketika beli mobil mewah kemudian diunggah banyak menuai komentar pujian atau ditontong banyak orang. Tetapi sadar kah kita bahwa semuanya akan segera berubah bila mobil mewah tersebut ditabrak orang.

Masih banyak contoh lainnya yang selama ini kesenangan sesaat dianggap kebahagiaan. Segala pemicu dari luar tidak data memancing rasa bahagia itu. Karena sumer kebahagiaan bukan dari luar.

Sumber Kebahagiaan

Pada umumnya kita sendiri juga belum tahu sumber kebahagiaan. Kita lupa bahwa Dialah segala sumber, termasuk Sumber Kebahagiaan. So, semakin banyak kita berpaling dari Sang Sumber akan semakin jauh dari Kebahagiaan.

Kembali ke harga diri.

Ya hanya dengan menghargai diri, kita bisa menjadi bahagia. Kita bisa berbagi kebahagiaan bila kita sendiri menjadi bahagia.

Bisakah kita bahagia bila tubuh sakit? Tidak pastinya. Untuk itu yang utama menghargai tubuh kita sendiri. Menghargai diri sendiri berarti jangan menyakiti. Mungkin pertanyaannya: 'Bagaimana mungkin kita menyakiti diri sendiri?' Sangat mungkin. Lebih detail ada di sini.

Bagaimana mencarinya

Dari buku The Science of Fear Management & The Art of Being Happy by Maharishi Anand Krishna:

Bagaimana menemukannya? Memang sulit, Bahkan hampir mustahil. Kebahagiaan sulit dicari dan ditemukan, tetapi dapat diungkapkan. Untuk mengungkapkannya kita membutuhkan pemicu yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Pemicu dari luar tidak dapat memancinng kebahagiaan di dalam diri.

Pemicu seperti apa yang kita butuhkan? Harga diri. Inilah pemicu yang dibutuhkan. Selama ini kita tidak bahagia, kita mencari kebahagiaan di luar karena kita tidak pernah menghargai diri sendiri. Justru keadaan dan benda-benda di luar yang kita hargai. Harga diri adalah nilai yang paling tinggi, paling berharga dalam diri setiap manusia. Ketika harga diri ini tertimbun di bawah penghargaan-penghargaan dari luar yang tidak, kurang berarti, maka kebahagiaan pun tersembunyi di bawah timbunan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun