Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bagaimana Menjadi Bahagia?

17 Januari 2021   16:04 Diperbarui: 17 Januari 2021   16:06 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jadi bahagia

Jadi bahagia membutuhkan sarana. Dan berita gembiranya adalah bahwa jadi bahagia atau tidak merupakan pilihan kita sendiri. Kitalah yang menjadi penentu untuk bahagia. Kebahagiaan kita murni urusan diri sendiri, dan tidak bergantung pada sesuatu di luar diri.

Bila yang selama ini kita anggap sebagai rasa bahagia karena mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita telah berada di ranah atau wilayah yang salah dalam membuat definisi kebahagiaan. Mengapa?

Bahagia

Adalah kata tunggal yang tidak memiliki lawan kata seperti: suka x duka; sakit x sehat; siang x malam, dan beberapa yang lainnya. Senang karena kita mendapatkan yang kita inginkan merupakan Suatu bentuk emosi kepuasan. Bila kita katagorikan rasa bahagia adalah karena sesuatu berarti kita telah bergantung pada sesuatu yang atidak langgeng. Sedangkan rasa bahagia bersifat langgeng dan tidak bergantungkan sesuatu.

Tanpa kita sadar suatu ketika kita merasakan sesuatu yang begitu membuat kita bersyukur atau merasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan; itulah rasa jadi bahagia. Rasa ini berbeda dengan emosi rasa senang yang bersifat sesaat atau sementara. Misalnya: kita ingin membeli kendaraan mobil merek tertentu. Suatu saat kita bisa membelinya; kita merasa lega atau senang karena berhasil mendapatkan barang yang kita inginkan. Rasa atau emosi senang ini hanya berlangsung selama jangka waktu tertentu. Tidak sampai hitungan mingguan. Rasa senang ini bisa berubah menjadi sedih bila kendaraan tersebut rusak karena ulah seseorang.

Mengelola FEAR

Dalam buku The Science of Fear Management & The Art of Being Happy by Maharishi Anand Krishna dibahas bagaimana mengelola rasa takut, dan kemudian jadi bahagia. Dengan kata lain, untuk menjadikan diri kita bahagia adalah suatu seni. Arti kata seni itu sendiri dikatakan sebagai 'Keahlian membuat karya yang bermutu' Sehingga bahagia juga bisa diklasifikasikan sebagai karya. Dan hasil karya merupakan output.

Ya, ketika kita bisa mengelola rasa takut dalam diri kita, maka output-nya adalah rasa bahagia. Jadi bahagia adalah output dari kemampuan kita mengatasi rasa ketakutan yang ada dalam diri kita. Bila ingin mengetahui lebih lengkap bagaimana cara mengatasi rasa takut yang berada pada lima lapisan Kesadaran, silakan baca buku yang di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun