Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Persepsi Bijak

28 November 2020   08:00 Diperbarui: 28 November 2020   08:06 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persepsi Bijak

Persepsi bijak tidak lepas dari dharma. Pengertian dharma harus dipahami secara tepat. Banyak orang begitu mendengar istilah dharma kemudian disangkut pautkan dengan agama Hindu. Sedangkan kita sendiri pun belum paham tentang Hindu. Ya, Hindu bukanlah sedangkal pengertian yang umumnya kita mengerti atau ketahui seperti sekarang ini.

Dharma adalah segala hal yang berkaitan untuk menunjang keberlangsungan kehidupan manusia. Sebaliknya, segala hal yang bertujuan untuk menghancurkan keberlangsungan kehidupan ini disebut sebagai perbuatan adharma. Perilaku yang merusak lingkungan sehingga membahayakan khalayak umum sepeti penebangan pohon yang berdampak kerusakan lingkungan adalah adharma.

Doa

Dalam tradisi leluhur kita, peradaban Sindhu Saraswati dikenal doa atau permohonan agar kita semua diberikan persepsi bijak atau benar. 'Berikan kami semua persepsi yang tepat atau bijak --> Sarve badhrni pashantu. Suatu doa tau permohonan yang mulia hanya bisa dihasilkan oleh mereka yang memiliki kebiasaan atau budhaya yang sudah mengenal buddhi atau intelejensia.

Persepsi yang mulia ini harus disebarluaskan dan dimiliki oleh seluruh umut manusia. Hanyalah mereka yang memiliki persepsi bijak atau mulia yang bisa menggapai kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati tidak akan diperoleh dari sesuatu yang tidak abadi. Apa yang kita peroleh dari kepuasan karena kita memperoleh yang kita inginkan bukanlah kebahagiaan. Ini merupakan kesenangan semua atau sementara.

Realita

Sesungguhnya bila kita memiliki persepsi yang tepat, kita tilak akan menoleh istilah dharma. Karena tanpa disadari sesungguhnya tidak satu pun kepercayaan yang diajarkan oleh utusan, avatar atau para suci bertentangan dengan dharma. Hal Ini tidaklah mengherankan, karena kita semua berasal dari satu dzat yang Mulia adanya. Kita semua adalah percikan Ilahi. Inilah realita kita.

Namun karena kita semua mesti menyadari juga bahwa Dia adalah Hyang Maha Kuasa. Bila kita memang benar-benar mengakui kekuasaanNya, bagaimana mungkin kita tidak bisa menundukkan ego. Karena kita belum mendapatkan berkah sehingga memiliki persepsi yang bijak atau mulia. Persepsi yang mulia akan mengakui atau sadar bahwa alam ini adalah perwujudanNya. Dia ada di barat da di timur.

Persepsi tepat atau bijak yang sejatinya milik kita semuanya telah dikaburkan atau bahkan kita kuburkan. Karena pergaulan yang tidak menunjang terwujudnya penyatuan dengan Dia. Inilah Yoga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun