Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bahaya Hafalan Kitab

21 Juli 2020   13:06 Diperbarui: 21 Juli 2020   13:21 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hafalan Kitab

Hafalan kitab selama ini dibanggakan oleh banyak orang. Bahkan celakanya, hanya bisa baca kitab tertentu saja menjadi persyaratan untuk menduduki jabatan. Sepertinya segala sesuatu dikaitkan dengan materi. Bukan karena membaca atar menghafal demi sesuatu yang mulia. Pemahaman yang sangat memprihatinkan bagi pewarih luhur nusantara mulia.

Namun tidak salah juga bila memang tujuan menghafal kitab memang bukan untuk menunjang terwujudnya tujuan mulia kelahiran manusia. Sayangnya pola pikiran ini semakin menjauhkan kita dari jati diri sejati. Dan ini bukanlah misi kelahiran kita manusia di bumi.

Penyebab utama kelahiran adalah terlalu banyak beban/daki dari kehidupan masa lalu; bagaikan ayam balik kandang.

Bahaya

Hafalan Kitab yang dibanggakan sangat berbahaya. Semakin kuat kita menghafal, semakin kuat pula mind dan perasaan kita; Roh kita. Ini semakin mendorong ego. Dan kekuatan pikiran atau mind akan berakibat jazad tidak membusuk.

Dulu ketika saya belum memahami tentang hubungan antara roh dan tubuh, saya kagum bahwa ada jenazah yang tidak busuk walaupun telah lama dikubur. Dengar seorang teman yang sangat aktif melakukan sembahyang mengatakan bahwa orang tersebut hafal kitab tertentu. 'Luar biasa!!!' kata dalam hati saya.

Setelah saya memahami penyebab tubuh tidak membusuk adalah karena si roh yang meninggal begitu terikat pada tubuhnya, maka saya kasihan terhadap mereka yang masih berbangga karena bisa hapal kitab tertentu.

Mammalian Brain

Otak mamalia adalah bagian yang bekerja ketika seseorang bisa menghafal. Seperti anjing yang diberi makanan pada jam tertentu setiap hari. Kebiasaan ini seperti hapalan, mengapa? Karena anjing belum memiliki neocortex seperti manusia, maka yang aktif adalah otak mamalianya.

Demikian juga manusia yang banyak hapalan, maka yang semakin berkembang adalah otak mamalianya. Ini menjadikannya semakin licik. Hal ini terlihat ketika ia pintar berdebat tentang isi hafalannya. Ia sangat bangga akan dirinya yang sesungguhnya palsu.

Dari video di bawah ini, kita akan banyak memahami dampak hafalan bagi evolusi soul kita. Semestinya kita semakin  mengurangi beban masa lalu. Tujuan kelahiran kita adalah untuk unlearning bukan malah menambah beban pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun