Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bersandar Kepada Siapakah Kita?

22 Juni 2020   11:59 Diperbarui: 22 Juni 2020   12:13 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konsep bertuhan

Konsep bertuhan menunjukkan bukti bahwa kita belum memahami Tuhan. Dan memang tidak akan mungkin bisa. Bukankah kita hidup di dalam Tuhan? Kehadiran atak keberadaan kita membuktikan akan keberanaan-Nya. Bagaikan adanya sinar matahari juga sebagai bukti keberadaan matahari.

Selama ini kita berasumsi bahwa Tuhan ada. Karena bila kita mengetahui Tuhan memberikan arti bahwa Dia/Tuhan terpisah dari kita. Kita menciptakan kosep bertuhan hanya untuk mencari sandaran.

Bersandar pada Tuhan?

Bisakah kita bersandar pada Tuhan?

Dari buku Narada Bhakti Sutra by Anand Krishna:

Seorang pencinta Tuhan terbebaskan dari segala sandaran. Terbebaskan dari dualitas, dia melihat Tuhan di mana-mana. Bumi dan langit, alam semesta termasuk dirinya "diliputi" oleh Tuhan. Sudah "diliputi", lalu harus bersandar kepada siapa? 

Karena kelemahan kita, maka kita mencari sandaran. Kita lupa pada kalimat yang pernah disampaikan oleh para suci: Tuhan lebih dekat dari urat lehermu. Bila lebih dekat dari urat leher berarti tidak ada keterpisahan. Dengan demikian, bila kita mencari sandaran berimplikasi bahwa dandaran yang kita cari bukanlah Tuhan!

Perjalanan ke dalam

Tanpa kita sadari ketika kita mencari sandaran, banyak pihak menggunakan atau menafaatkan kelemahan kita ini. Kita senantiasa mencari konfirmasi dari pihak lain sebelum memutuskan sesuatu. Padahal pihak yang kita mintai pendapat juga bukan orang yang layak.

Mereka yang layak, tidak akan memberikan konfirmasi bila kita mencari duzungan dalam mengambil keputusan. Karena mereka telah mengalami bahwa bila mengharapkan dukungan berarti belum menemukan Dia yang bersemayam dalam diri. Mereka sadar bahwa yang dibutuhkan adalah Perjalanan ke dalam diri. Temuilah Dia Hyang Maha Hidup di dalam diri sendiri..

Pencari Kebenaran

Para pencari kebenaran tidak akan percaya konsep bertuhan. Belajar dari pengalaman sendiri bahwa konsep bertuhan terjadi ketika selalu mencari dukungan dari luar diri sendiri. Segala sesuatu di luar diri bersifat semu atau pantulan yang ada dalam diri sendiri. Tidak ada yang abadi di luar diri.

Sifat dualitas lah yang eksis di luar diri. Karena benda atau materi tidak abadi sifatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun