Konsep bertuhan menunjukkan bukti bahwa kita belum memahami Tuhan. Dan memang tidak akan mungkin bisa. Bukankah kita hidup di dalam Tuhan? Kehadiran atak keberadaan kita membuktikan akan keberanaan-Nya. Bagaikan adanya sinar matahari juga sebagai bukti keberadaan matahari.
Selama ini kita berasumsi bahwa Tuhan ada. Karena bila kita mengetahui Tuhan memberikan arti bahwa Dia/Tuhan terpisah dari kita. Kita menciptakan kosep bertuhan hanya untuk mencari sandaran.
Bersandar pada Tuhan?
Bisakah kita bersandar pada Tuhan?
Dari buku Narada Bhakti Sutra by Anand Krishna:
Seorang pencinta Tuhan terbebaskan dari segala sandaran. Terbebaskan dari dualitas, dia melihat Tuhan di mana-mana. Bumi dan langit, alam semesta termasuk dirinya "diliputi" oleh Tuhan. Sudah "diliputi", lalu harus bersandar kepada siapa?Â
Karena kelemahan kita, maka kita mencari sandaran. Kita lupa pada kalimat yang pernah disampaikan oleh para suci: Tuhan lebih dekat dari urat lehermu. Bila lebih dekat dari urat leher berarti tidak ada keterpisahan. Dengan demikian, bila kita mencari sandaran berimplikasi bahwa dandaran yang kita cari bukanlah Tuhan!
Perjalanan ke dalam
Tanpa kita sadari ketika kita mencari sandaran, banyak pihak menggunakan atau menafaatkan kelemahan kita ini. Kita senantiasa mencari konfirmasi dari pihak lain sebelum memutuskan sesuatu. Padahal pihak yang kita mintai pendapat juga bukan orang yang layak.
Mereka yang layak, tidak akan memberikan konfirmasi bila kita mencari duzungan dalam mengambil keputusan. Karena mereka telah mengalami bahwa bila mengharapkan dukungan berarti belum menemukan Dia yang bersemayam dalam diri. Mereka sadar bahwa yang dibutuhkan adalah Perjalanan ke dalam diri. Temuilah Dia Hyang Maha Hidup di dalam diri sendiri..
Pencari Kebenaran