Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentingnya Kematian bagi Manusia

13 Juni 2020   18:46 Diperbarui: 15 Juni 2020   12:55 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian telah berulang kali

'Kapasitas mental kita untuk menyangkal adalah sedemikian hebatnya hingga kita bahkan bisa menyangkal bahwa kematian sedang terjadi pada kita, walaupun kita melihat orang-orang sekarat di sekitar kita sepanjang waktu.

Hanyalah ketika kita menerima kematian, dan menerima bahwa itu terjadi pada diri kita setiap hari - kita semua pelan tapi pasti mendekati kematian - barulah kita bisa mengapresiasi kehidupan dan sungguh hidup.'

(This is Truth That too is Truth by  Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Siapa bilang ada yang tidak takut mati? Saya juga takut mati. Sepi dan sendiri saat tiba di alam maut. Tiada teman. Namun sesungguhnya, jika kita tahu bahwa kita bisa melatih kematian saat hidup di dunia, besar kemungkinan nanti tidak takut. Mengapa saya katakan 'Besar kemungkinan?' Karena saya belum pernah mati. Jadi hanya tebak-tebak saja.

Kebanyakan kita lupa bahwa setiap orang telah mengalami kematian beberapa kali. Penelitian para ahli biologi membuktikan bahwa setiap 5-7 tahun setiap sel dalam tubuh kita mengalami pergantian. Dari sejak bayi kita sudah mengalami proses kematian. Begitu kita lahir di dunia, sejak saat itu pula diri kita mengalami kematian. Yang tetap eksis dan kita bisa ingat adalah pikiran atau mind. Mind terdiri dari gugusan pikiran serta perasaan.

Mengapa kematian dibutuhkan?

Tanpa adanya kematian, tiada perubahan di alam ini. Kematian adalah lawan kata kelahiran. Bukan kehidupan. Ketika suatu benda atau makhluk hidup mati, kehidupan tetap berlangsung. Tanpa kematian tubuh, kita tidak bisa mengalami proses menuju kesempurnaan. Dalam tubuh manusia ada bagian otak. Otak ini berfungsi sebagai hardware atau perangkat keras. Pikiran atau mind kita tidak bisa melakukan proses penyempurnaan tanpa otak atau hardware.

Sama saja komputer yang kita kenal saat ini. Software berkembang karena adanya hardware. Namun suatu ketika, perangkat keras yang sudah ada atau yang digunakan untuk melakukan proses penyempurnaan atau perbaikan hardware tidak akan bisa digunakan lagi. Untuk itu, perangkat keras dikembangkan agar bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas software atau perangkat lunak. Jadi ke duanya dibutuhkan untuk menuju ke sesuatu yang lebih baik. Suatu proses tiada akhir atau henti. Inilah kehidupan.

Demikian juga kematian pada diri kita dibutuhkan agar otak atau perangkat keras ini bisa digunakan untuk terus mengembangkan evolusi mind. Bukan jiwa yang berevolusi, tetapi mind. Segala benda di sekitar kita juga demikian. Proses daur ulang terus terjadi. Kayu membusuk kemudian dilanjutkan dengan tumbuhnya pohon baru sehingga buah yang lebih baik dimunculkan.

Kardus-kardus bekas dimusnahkan dan kemudian dibentuk lagi kardus baru yang lebih menarik. Otak kita pun demikian. Karena massa bumi tetap, sedangkan perubahan terus ada. Tanpa kematian atau pemusnahan, tiada barang baru yang lebih baik Bukankah pemikiran manusia juga semakin berkembang? Untuk inilah proses pemusnahan dibutuhkan.

Kematian tubuh yang disertai kematian atau kemusnahan otak, oleh mind yang akan lahir lagi diperbaiki ketika dalam kandungan. Ini terjadi jika si mind bisa mengalami kemajuan saat masa kehidupan. Mind yang baik pengalaman evolusi selama di dunia merasa bahwa perangkat keras atau otak yang ada harus disempurnakan agar bisa digunakan untuk melaukan proses evolusi mind lebih baik. Dengan kata lain, otak atau hardware yang ada sudah tidak lagi kompatibel.

Dari sini, saya belajar sesuatu bahwa sesungguhnya yang menentukan si otak semasa dalam kandungan adalah si mind itu sendiri. Sekali lagi, ini pemahaman saya. Bila pembaca memiliki pemahaman yang berbeda, itu juga kebenaran anda. Bukankah kebenaran memiliki banyak sisi?

Mind mempersiapkan perangkat kerasnya sendiri ketika proses pembentukan. Ia merasa berkepentingan untuk menciptakan hardware lebih baik sehingga kompatibel dengan perkembangan pola pikir semasa kehidupan. Untuk itu, kematian tubuh berguna untuk menciptakan perangkat keras baru demi terwujudnya evolusi mind menuju kesempurnaan. Ketiadaan abadi.....

Sampai kapan???? Who knows.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun