Saat membaca buku The Mystery of Creator and Creation, A Secret Dialogue yang dituliskan oleh Swami Anand Krishna, saya ingat film The Matrix. Ingat Neo sang tokoh. Ia masuk memasukkan diri dalam komputer. Saat di luar komputer, ia melihat dan memainkan game. Atas keinginannya sendiri, ia masuk dan melibatkan diri dalam permainan ciptaannya sendiri.
Semua dari kita termasuk hewan serta bumi beserta isinya serta alam semesta jagad raya ini bagaikan game atau permainan ciptaannya. Tidak b erbeda dengan hologram. Tampaknya ada namun sesungguhnya tiada. Ruang yang kita anggap kosong pun sesungguhnya dipenuhi oleh materi. Cahaya matahari tidak akan sampai di bumi jika tanpa penghantar atau pemantul.
Kita bisa melihat sesuatu karena pantulan cahaya dari benda tersebut. Jikabenda tersebut menyerap cahaya, kita tidak bisa melihatnya. Matahari memancarkan cahaya, oleh materi atau partikel yang amat sangat halus maka cahaya matahari dapat kita gunakan untuk melihat benda sekitar kita. So, apakah yang disebut kosong ada? Kita menganggap kosong karena ketidakmampuan kita melihat.
Kembali ke cerita Neo. Misalkan si pencipta game pada komputer tersebut adalah Sang Maha Pencipta, maka tidak ada seorang atau makhluk pun di jagad raya ini kuasa mencegahnya untuk ikut bermain. Mungkin saja ia menikmati permainan ini. Lama saya belum bisa memahami segi spiritualitas Tha Matrix, puluhan tahun lalu saya menonton, namun baru sekarang saya bisa memahami sisi spiritualitas dari film ini.
Pertanyaannya, ‘SIAPA YANG MENGGAGAS ISI CERITA FILM INI?’
Dapat dipastikan ada pesan tersenbunyi pada film ini. Menurut pemahaman saya pesan yang ada adalah bahwa segala sesuatu berasal dari Dia Sang Maha Pencipta. Ingat temans, tiada sesuatu pun yang bisa lepas dari pikiran atau kehendak Nya. Keberadaan kita pun sesungguhnya karena pikiran Nya. Berdasarkan hal ini, Dia menuliskan script film ini melalui seseorang untuk dijadikan film The Matrix. Bisa saja Dia mewujud dan ikut dalam permainan dunia. Bukankah kita hidup dalam game sebagaimana yang kita ciptakan. Kemudian Dia melibatkan diri sebagai salah satu peran dalam panggung sandiwara dunia.
Keterlibatan Nya membawa pesan bahwa sesungguhnya ia pun berada dalam diri kita. Inilah sebabnya kita disebut ‘MANUSIA’. Manusia terdiri dari dua kata: ‘manas’ dan ‘isya’. Manas berkaitan dengan arti kata mind atau pikiran. ‘Isya’ bermakna Ilahi. Masih ingat pesan para suci atau avatar, ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu.’ Dengan kata lain tidak ada keterpisahan antara manusia dan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Kehadiran Nya di bumi dalam berbagai wujud dan bentuk dalam upaya mengingatkan diri kita agar tidak menjadi budak MIND atau pikiran. Ada sisi lain dari diri manusia selain mind atau pikiran, intelejensia atau gagasan Ilahi. Apa alasannya disebut gagasan Ilahi? Gagasan Ilahi berarti segala gagasan yang selaras dengan sifat alam, memberi atau selalu berbagi. Bertentangan denga sifat pikiran atau mind, selalu mencari keuntungan diri. Keuntungan diri selalu berkaitan dengan benda kasar atau tubuh. Kekuasaan, harta dan wanita adalah segala hal yang berkaitan dengan kenyamanan dunia. Pikiran kita senantiasa mencari kenikmatan indra.
Tanpa keterlibatan Sang Maha Pencipta, kita lupa tujuan keberadaan di bumi. Kita lupa bahwa segala alam beserta isi dunia yang kita huni saat ini hanyalah hologram. Dia Sang Maha Pencipta hadir dan ikut dalam permainan sandiwara dengan menyampaikan pesan siapa JATI DIRI kita. Tanpa adanya pesan pengingat ini, kita lupa Jati Diri kita.
Ahhhh………… Indahnya permainan Mu ya Rab……..
Kau Pencipta…..
Kau Pemelihara…….
Kau juga Sang Pendaur Ulang……..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H