Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berdermalah dengan Tepat

10 Agustus 2021   09:09 Diperbarui: 10 Agustus 2021   09:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar seseorang memahami yang dimaksudkan dengan 'Abhaya', maka seseorang mesti senantiasa belajar tentang kesejatian dirinya. Pengetahuan tentang diri sendiri serta hukum alam yang bekerja di alam semesta. Dasar dari segala hukum alam adalah Hukum Sebab Akibat. Hukum Tabur Tuai. 

Untuk memahami hukum alam ini, kita haruslah bertindak dengan cara: 'Jangan menyakiti sesama/hewan bila kita mau dicubit; maka janganlah mencubit. Hukum ini sangat populer, karena ada dalam semua kitab suci yang diajarkan oleh nabi yang dipercayainya. 

Pengetahuan seperti di atas bisa membuat seseorang menjadi bijak. Agar bisa membentuk seseorang mejaid hebat, maka orang tersebut mesti melakoni dengan tepat tentang hukum dasar alam. Pengetahuan tersebut mesti diimplementasikan dalam kehidupan sehare-hari.

Pengetahuan yang kita miliki sekedar informasi. Pengetahuan yang sudah diterapkan berubah menjadi kebijaksanaan. Pengetahuan yang tidak dilakoni akan menjadi sampah. Bahkan bisa menjadikan arogansi terselubung. Kita bisa menjadi sombong. 

So, kebijaksanaan adalah pengetahuan yang  diterapkan. Apabila dikaitkan dengan Sloka yang dikutip dari buku Dvipantara Dharma Sastra, maka sebelum kita membebaskan seseorang dari rasa takut, kita harus terlebih dahulu bebas dari rasa takut itu sendiri.

Kita harus sadar terlebih dahulu bahwa yang ditakuti hanya bayang-bayang. Sebagaimana kita dalam kegelapan. Tali disangka ular. Seperti inilah ketidaktahuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun