Ingat masa lalu merasa bahagia?
Itu lah yang terjadi pada orang yang gila. Mereka selalu tersenyum ketika ingat masa lalu yang membuat mereka bahagia. Mereka hidup di masa lalu. Mereka sulit move on. Mereka lupa bahwa segala sesuatu berubah. Mereka begitu terpaku lupa bahwa perubahan adalah keabadian.
Sulit beranjak dari kenyamanan. Bukan hanya pada orang kaya, namun juga pada orang miskin. Jika orang kaya pantas susah move on, karena kenyamanan duniawi memang memabukkan. Tetapi, orang miskin juga bisa mengalami hal yang sama. Mereka begitu menikmati kemalasannya dengan berbagai alasan. Kata mereka: ‘Ini kan ujian dari Tuhan.’ Benarkah???
Tidak lah mungkin, Tuhan senantiasa ingin umat Nya bahagia dan menikmati kenyamanan bendawi, hanya pesan Nya: ‘Jangan terikat karena dunia bukan lah habitat sesungguhnya sang Jiwa Mulia.’ Boleh menikmati benda dunia, namun tidak terikat. Keterikatan inilah yang menciptakan kesengsaraan.
Demikian juga dengan orang gila. Pikiran mereka terikat pada masa lalu. Hal yang sama berlaku pada kita yang selalu takut, sakit hati, irihati dan dengki. Sama-sama sakit pikiran, bukan sakit jiwa. Jiwa tidak pernah sakit. Istilah salah kaprah yang sudah terbiasa di masyarakat.
Tuhan menggunakan tubuh manusia untuk memelihara ciptaan Nya. Alam dan hewan serta lingkungan. Inilah bentuk pelayanan dari Dia terhadap ciptaan Nya sendiri. Ia butuh untuk menghidupi diri Nya saat berada dalam tubuh manusia. Tanpa adanya tumbuhan, hewan, alam sebagi ruang tempat tinggal, tubuh manusia yang digunakan Tuhan untuk merasakan ciptaan Nya.
Mungkin orang mengatakan bahwa jalan pikiran saya, aneh….
Tetapi coba direnungkan….
Adakah sesuatu di luar Dia?
Bisakah kita hidup di luar Dia?
Bayangkan kita dalam suatu ruangan, mungkinkah udara terpisah dari kita?
Tuhan lebih lembut dari udara. Dia sesuatu yang tidak dikenal, namun kita merasakan kehadiran Nya. Hanya Dia yang bisa merasakan diri Nya sendiri. Kasih adaah sifat utama Nya. Barang siapa yang hidup dalam Kasih Nya, ia merupakan alat bagi Dia untuk bermanifestasi.
Ahhhh…. Dia Ada sekaligus Tiada….
Saat ‘ego’ eksis, Dia tiada. Di kala ‘ego’ tiada, Dia ada. Mungkinkah kita berkata bahwa Dia hadir di saat ‘ego’ tiada? Tidak mungkin teman. Hanya ‘ego’ yang bisa mengatakan bahwa Dia hadir. Karena ada keterpisahan antara ‘ego’ dan Dia Sang maha Jiwa.
Orang kaya terikat pada kekayaannya….
Orang miskin terikat dengan kemalasan nya dan selalu mencari kesalahan pada orang lain….
Orang sakit pikiran nya terikat pada peristiwa masa lalu….
Orang cemas terikat pada masa depan yang belum pasti terjadi…..
Inilah penyakit yang mesti kita waspadai…..
Dimanakah kita saat ini????
Ingat kah kita tujuan dari kehidupan atau kelahiran saat ini???
Atau masih saja kita terjebak oleh kenyamanan diri???
Kenyamanan bukan lah kebahagiaan. Kebahagiaan terjadi di kala terwujud ‘kemanunggalan’….
Banyak cara telah Dia berikan melalui insan yang telah pernah merasakan ‘Kemanunggalan’ dengan Dia. Panggil lah Dia dengan sebutan yang tepat, dan rasakan kehadiran Nya. Bukan kah saat kita memanggil seseorang bertujuan untuk mengharapkan kehadiran Nya?
Dalam buku ini, kita bisa tahu sebutan yang paling tepat untuk menghadirkan Dia, bahkan manunggal dengan Dia.
Dalam buku Yoga Sutra Patanjali diulas dengan jelas oleh Anand Krishna, Gramedia Utama, cara untuk memanggil Nya sehingga terjadilah perubahan dalam diri. Hidup dengan sifat selaras dengan alam, sehat serta pikiran sejernih air di pegunungan dan seindah kicau burung di alam perdesaan dan di hutan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H