Holla menjawab: 'Aku merasakan kelegaan dan kedamaian hati'. Mulla pun menjelaskan, sesungguhnya kedamaian diri ada dalam diri setiap orang. Yang diperlukan sangat sederhana, menyadari adanya kedamaian dalam diri.Â
Segala sesuatu yang di luar diri hanyalah ilusi. Banyak orang menjual tempat yang disebutkan sebagai tempat damai. Tetapi jika rasa damai itu tidak ditemukan dalam dirinya, kedamaian akibat pemicu dari luar diri hanya bersifat sementara. Kita telah dihipnotis massal bahwa kedamaian bisa diperoleh di luar diri.Â
Sarana luar hanya pemicu pertama. Selanjutnya diri kita sendiri yang harus menyadarinya. Tanpa kesadaran diri, tidak mungkin kedamaian diri diperoleh. Saat mencari kedamaian diri, kita hidup di masa akan datang. Ia cemas mencari sesuatu. Ia hidup di masa depan.Â
Ketika hatinya kecewa, ia menyesali peristiwa masa lalu. Ia hidup di masa lalu. Peristiwa yang melukai hatinya sudah terjadi di masa lalu. Mengapa ia tetap menyerahkan pikiran di masa lalu? Sementara badannya sudah berada di masa kini. Terjadi ketidak sinkronan antara pikiran dan badan. Inilah yang menjadikan ia menderita.Â
Hanya seseorang yang hidup di masa kini yang bahagia dan damai. Ia menjadi saksi masa lalu dan tidak memikirkan keadaan esok. Saat pikiran berada di masa kini, ia bisa mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan pada dirinya. Sinkronisasi antar badan dan pikiran terjadi. Ia damai...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H