Dalam kesibukan duniawi yang sangat amat super sibuk , sebagian orang atau bahkan kebanyakan orang lupa menyayangi diri sendiri. Hal ini baru saya sadari ketika saya memberikan sesi hipnotherapy kepada beberapa orang teman.Â
Ada beberapa tahapan sesi hypnotherapy ada beberapa tahapan sesi latihan untuk mencapai kondisi rileksasi. Salah satunya menyayangi diri sendiri. Sesungguhnya tujuan akhir dari latihan ini adalah menyayangi sesama dan lingkungan. Mungkin anda heran, apa keterkaitan menyayangi diri sendiri dan lingkungan?Â
Jika terhadap diri sendiri saja tidak bisa mengasihi, bagaimana mungkin menyayangi sesama ataupun lingkungan? Seseorang bisa benar-benar percaya pada Tuhan jika ia bisa mempercayai diri sendiri. Mengapa? Diri kita adalah ciptaan Tuhan. Jika terhadap diri yang merupakan ciptaan Tuhan saja tidak percaya, bagaimana mungkin kita bisa berkata bahwa kita percaya terhadap Tuhan?Â
So, jika kita mampu mencintai diri sendiri berarti langkah awal untuk percaya Tuhan sudah diperoleh. Saat mencintai diri sendiri berarti kita mesti memperhatikan hal-hal yang menjadikan badan kita menjadi sehat. Badan bisa nyaman dan sehat jika segala sesuatu yang membuat badan sehat terpelihara dengan baik. Unsur pertumbuhan badan dipengaruhi oleh asupan makanan yang kita konsumsi. Kualitas makanan yang memasuki tubuh kita mesti sehat. Sehat bagi pikiran dan tubuh.
Seringkali kita konsumsi makanan hanya berdasarkan kenyamanan lidah. Tanpa kita sadari sesungguhnya kita menjadi budak indra pencecap. Kita rela berburu kuliner ke manapun demi mempertiturutkan kenyamanan pada lidah. Kita tidak sadar bahwa enak di lidah belum tentu sehat bagi tubuh kita.Â
Pernah kah kita merenungkan bahwa sesungguhnya daging merah tidak sesuai dengan alami kita sebagai manusia? Coba kita perhatikan susunan dan bentuk gigi kita. Lebih menyerupai bentuk gigi sapi/kuda atau harimau/hiu? Demikian pula panjangnya usus kita. Banyak penelitian tentang hal ini telah membuktikan bahwa usus kita lebih mirip usus hewan herbivora. Selain itu terbukti bahwa pemanasan global yang sekarang mengancam kehidupan manusia kontributornya didominasi dari peternakan. Penggunaan air bersih terbesar karena pengolahan daging sapi.
Fakta-fakta di atas telah terbutakan hanya untuk kenyamanan lidah yang sesaat. Setelah esok harinya, apakah ada beda limbah daging sapi atau bukan? Tanpa sadar kita telah menjadi kontributor perusakan lingkungan. Banyak yang berargumen: 'Bukankah daging sumber protein hewani?'
Banyak penelitian membuktikan bahwa kandungan protein beberapa jenis tumbuhan lebih besar daripada hewan. Tidak mengherankan. Bukankah hewan jenis yang kita konsumsi makanan utamanya juga tumbuhan? Dengan kata lain, sesungguhnya kita memperoleh protein dari rantai ke dua. Bukan dari sumber utamanya; tanaman.Â
Hal lain yang patut kita waspadai adalah bahwa ketika hewan jenis sapi akan disembelih, ia merasakan kesedihan. Ini terbukti ketika menunggu giliran antrian di tempat pemotongan hewan, keluar airmatanya. Ketidakberdayaan ini sesungguhnya telah memicu terbentuknya racun pada dagingnya. Dengan kata lain, kita mengkonsumsi daging yang kurang baik. Tampaknya baik...
Sehat kah kita?
Apakah kita menyayangi tubuh kita sendiri?
Mengapa kita mesti mencari kenyamanan lidah dengan menyakiti makhluk hidup lainnya?
Bila kita tidak bisa menerima hal tersebut, itu juga tidak salah. Itu juga kebebasan masing-masing....
Keserakahan kita untuk menempati vila bagus di tempat yang hawanya sejuk pun telah memicu penebangan pohon yang seharusnya akarnya menahan tanah. Akibatnya? Longsor........ Banyak korban hanya karena kita ingin kenyamanan tubuh..Â
Berarti kita juga mesti menyayangi alam sekitar kita. Dengan cara ini kita bisa hidup sehat. Sederhana sih, hidup menyayangi diri sendiri..........
Mengasihi Tuhan berarti kita mengasihi ciptaan-Nya...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H