Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ternyata si Pendeta Berteman dengan Setan

8 Desember 2014   19:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bagaimana tidak? Dengan berteman setan, ia jadi punya alat untuk menakuti umat...

Begini kisahnya:

Suatu ketika seekor setan sakit dan terus menerus mengeluh. Erangan si setan terdengar oleh seorang ahli kitab. Pada awalnya, ahli kitab tersebut tidak kenal sosok yang mengerang tersebut. Ia datang untuk melihat, siapakah yang sedang mengerang kesakitan tersebut.

Ketika si ahli kitab datang, ia terkejut. Ternyata yang sedang merintih kesakitan adalah setan yang selama ini digunakan untuk menakuti para pengikutnya. Ia kemudian pergi dan tidak mau menolong. Baginya malahan kebetulan jika si setan mati.

Setan melihat siapa yang datang menjenguknya. Ia kecewa ketika si ahli kitab beranjak pergi. Setan berteriak untuk minta pertolongan pada si ahli kitab.

Ia berkata: 'Bapak pendeta, bantulah saya yang sedang sakit. Berikanlah obat pada saya.'

Sang ahli kitab menyahut: ' Matilah kau setan. Bukankah dengan kematianmu, dunia menjadi damai dan aman?'

Setan berkata: 'Pak pendeta, selama ini anda begitu tepat mendeskripsikan bentuk tubuh saya serta kejahatan yang bisa saya lakukan. Saya selama ini dianggap membujuk umat bapak untuk melakukan kejahatan. Tolonglah saya.'

Si ahli kitab mulai berpikir. Ia tidak jadi beranjak pergi. Setan pun senang. Perangkapnya telah mengena pada si ahli kitab. Maka, ia pun melanjutkan bujuk rayunya: ' Bapak pendeta, coba tolong direnungkan. Bukankah dengan menggunakan nama saya, bapa telah dipercaya banyak orang? Bahkan dengan semakin banyaknya umat bapak, dana yang terkumpul juga semakin tinggi?'

Sang pendeta pun berpikir ulang untuk membiarkan si setan mati. Apalagi si setan melanjutkan perkatannya: 'Tolong dipikirkan lagi bapak pendeta, tidak sayang kah bapak terhadap kehidupan saya. Bukankah cicilan rumah dan mobil bapak belum lunas? Dengan apa bapak memeprtahankan umat bapak? Dengan kematian saya, tidak lagi barang jualan bapak.'

Akhirnya sang pendeta meluluh, katanya dalam hati: 'Betul juga kata si setan. Jika dia mati, aku tidak lagi punya barang jualan agar umatku tetap banyak. Bahkan bisa bertambah lagi.'

Ya, itulah selama ini yang terjadi. Dengan menggunakan setan sebagai alat untuk menakuti orang, pengikut sang ahli kitab juga semakin banyak. Suatu cara yang pada akhirnya berlandaskan Fear based untuk mendapatkan umat.

Mungkin banyak orang tidak sadar akan hal ini. Selama ini kita bersembahyang dan pergi ke tempat ibadah semata hanya ketakutan. Takut dari godaan setan. Takut tidak masuk surga. Dan bahkan takut tidak mendapatkan rejeki jika tidak menyembah Tuhan. Pendek kata, menyembah Tuhan semata dikaitkan dengan bendawi dan kenyamanan indrawi.

Kita lupa bahwa Tuhan tidak mengurusi semua yang terkait dengan benda. Urusan Tuhan dengan jiwa kita. Dan jiwa kita tidak bergantung pada benda untuk bebas dari keterikatan duniawi. Kita lupa bahwa kenyamanan indrawi akan semakin mengikat sang jiwa individu yang menghidupi kita untuk semakin betah di dunia.

Kembali pada setan yang sakit. Akhirnya, sang ahli kitab menolong setan dan memberikan obat sehingga sembuh. Dan akhirnya mereka berteman dengan akrab demi melancarkan cicilan rumah dan mobil yang masih cukup lama cicilannya.

Begitulah cerita di dunia ini. Dari dulu sampai sekarang masih sama....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun