Selama ini orang sulit membedakan antara jiwa dan roh. Manusia berasal dari dua kata: Man dan Isy. Man berkamna dari mind atau gugusan atau kumpulan pikiran. Pikiran adalah kilasan sesaat. Kumpulan pikiran dan pikiran disebut mind.
Sedangkan 'Isy' bermakna Tuhan. So, manusia terdiri dari pikiran dan Tuhan. Jika pikiran bisa hilang-->Tuhan. Jika anda tanya Tuhan itu apa dan bagaimana, silakan rasakan atau alami sendiri ketika pikiran anda tidak eksis. kapan??? Saat anda bisa rileks ataupun ceria bagaikan anak kecil berusia 2-3 tahun. Saat itu Isy atau Tuhan eksis. Karena si anak belum banyak pikiran.
Tubuh manusia bagaikan hardware. Pikiran adalah software. Tubuh manusia berasal dari tumbuhan yang kita makan. Dan tentunya memiliki gravitasi atau bobot yang senantiasa menuju bumi, asal makanan yang kemudian berproses jadi tubuh manusia.
Ketika manusia hidup dipengaruhi oleh pikiran. Bergejolaknya pikiran menjadikan seseorang mengalami perasaan atau emosi. Gabungan emosi, perasaan dan mind disebut sebagai Roh. Inilah sebabnya ada istilah : 'Roh Gentayangan'
Roh ini berasal dari materi sehingga memiliki keterikatan terhadap bumi. Ia tidak bisa lepas dari bumi selama pikirannya masih terikat pada hubungan sanak atau kerabat atau pun benda-benda duniawi. Mengapa? Karena pikiran yang selalu memikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi akan membentuk kualitas pikiran yang memiliki getaran sama dengan yang dipikirkan. Materi bumi.
Jika ada yang bertanya, apakah jiwa. Jiwa meliputi alam semesta ini. Apa bedanya dengan Tuhan??? Tuhan bisa dikatakan sebagai Sang Jiwa Agung. Jiwa yang amat sangat murni. Jiwa yang ada dalam setiap atau meliputi makhluk di bumi adalah percikan dari Sang Jiwa Agung. Disebut jiwa individu. Kumpulan dari jiwa individu disebut PURUSA.
Mengapa jiwa individu yang juga percikan dari Sang Jiwa Agung mau berada dalam setiap makhluk di bumi? Konn katanya, Sang Jiwa Agung ingin merasakan ciptaannya. Ya, ibaratnya anda menciptakan mobil. Bukankah anda sebagai pencipta mobil juga ingin merasakan barang ciptaannya.
Sayangnya kebablasan. Jiwa individu terlanjur senang mengendarai mobil ciptaannya, yaitu tubuh. Akibatnya, terjadilah yang disebut sandiwara kehidupan yang kita bersama alami.
Dalam upayanya kembali menyatu dengan Sang Sumber Agung, jiwa individu mesti berproses. Untuk kembali menyatu ke Sang Sumber, badan manusia dibutuhkan. Mengapa??? Karena sang jiwa individu harus ber-evolusi. Apa itu???
Sampai sang jiwa individu bosan mencoba mobil atau badan ciptaan sendiri. Saat hal itu terjadi, lepas lah sang jiwa individu dari keterikatan terhadap pengalaman dunia benda. Bisa dikatakan bahwa jiwa individu yang menghidupi atau yang menggerakkan roh.
Jiwa dalam roh.