Ke dua,
Mungkin kah orang yang menyatakan bahwa dirinya tidak percaya Tuhan bisa menafikkan hukum sebab akibat??? Sangat tidak mungkin. Padahal, hukum sebab akibat adalah hukum Tuhan atau hukum alam. Dengan percaya bahwa hukum sebab akibat ada, secara tidak langsung orang yang 'katanya' Ateis mengakui eksistensi Tuhan. Tuhan istilah kita bersama. Sebutan ini pun 'terpaksa' diadakan. Mengapa??? Karena agar kita memiliki satu kata yang sama untuk membicarakan sesuatu yang satu dan sama...
Ke tiga,
Perubahan. Hukum Tuhan adalah hukum perubahan Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak ber-ubah. Semuanya, tanpa pengecualian hukum Tuhan adalah hukum perubahan itu sendiri. Tuhan terus berkembang, inilah perubahan. Seseorang yang masih percaya adanya hukum perubahan berarti percaya Tuhan...
Ke empat,
Kasih.. Kasih adalah sifat Tuhan. So, jika masih merasakan dan memiliki sifat kasih dalam hatinya, tidak mungkin ia menafikan Tuhan. Sejahat-jahat nya manusia, tidak satunpun benar-benar tidak percaya Tuhan...
Sesungguhnya seseorang yang tidak percaya Tuhan hanya seseorang yang alergi terhadap perilaku mereka yang katanya percaya Tuhan dan selalu menyembah Nya, tetapi kelakuannya tidak selaras dengan sifat Tuhan maupun hukum alam. Mereka adalah munafikun sejati....
Banyak orang yang tidak mengakui eksistensi Tuhan hanya di mulut, kelakuannya menunjukkan bahwa mereka sungguh mencintai Tuhan. Mereka lebih bisa membuktikan dengan tindakan yang selaras dengan alam. Mereka peduli lingkungan. Mereka sadar bahwa lingkungan dan manusia saling membutuhkan. Mereka sadar sepenuhnya bahwa tanpa adanya lingkungan yang mendukung, manusia akan hidup sengsara....
Inilah bukti nyata pengakuan kepada Tuhan. Mengakui Tuhan berarti mengakui bahwa alam sebagai sahabat manusia....
Sedangkan yang di mulut mengakui Tuhan dan sepertinya, golongan ini begitu meng-agungkan ritual yang cenderung untuk mengelabui manusia lainnya, justru berbuat yang tidak selaras dengan alam. Mereka hanya banyak bermain kata, tindakan yang menyayangi alam bisa dikatakan mimus...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H