Pendahuluan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah sebuah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Hal ini berarti bahwa dalam mendidik kita perlu menuntun dan mengarahkan anak sesuai dengan kodrat atau sifat atau karakternya masing-masing, agar mereka tidak kehilangan arah dan dapat memperbaiki lakunya hidup.
Saat ini kesadaran akan kebutuhan karakter baik dalam kehidupan bermasyarakat kini makin menguat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya krisis moral yang sedang melanda Indonesia, seperti pergaulan bebas, kekerasan pada anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perusakan, tawuran antarpelajar, aksi kriminal, aksi gerombolan geng motor, penganiayaan, dan bullying.
Krisis moral tersebut jika dibiarkan maka dapat merusak tatanan kehidupan bangsa, termasuk dunia pendidikan. Apalagi dunia pendidikan seakan tidak pernah terlepas dari isu-isu aksi-aksi kriminal, dan radikalisme yang dilakukan oleh pelajar sekolah. Manakala generasi muda dan para pelajar tidak lagi memiliki karakter baik maka bangsa ini akan terus terjebak dalam persoalan karakter, seolah pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan para pemuda dan pelajar.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter menjadi kunci untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.
Â
Â
Pendidikan Karakter di Sekolah
Pembentukan karakter seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Salah satunya adalah sekolah. Sekolah merupakan lingkungan mendasar yang sangat berperan terhadap perkembangan karakter murid dan menentukan kehidupan masa depan mereka. Ia merupakan wadah pembentukan karakter yang paling lengkap, mulai dari pengetahuan umum, pengetahuan alam, dan pengetahuan agama secara lengkap diberikan di bangku sekolah. Tidak hanya itu, murid mendapatkan keterampilan, bakat, dan minat sesuai dengan kemampuannya di sekolah.
Tentunya hal itu bukan pekerjaan yang mudah buat sekolah. Sekolah harus mampu menjadi dasar pembentukan karakter murid sebelum mereka terjun di masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi tempat berlindung dari gangguan-gangguan yang dapat mengancam anak, baik ancaman dari sesama teman maupun ancaman dari luar sekolah. Yang paling penting adalah bahwa sekolah harus dapat memberikan empati dan kasih sayang terhadap sesama, serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Dalam operasionalisasinya di sekolah, pendidikan karakter dilaksanakan secara integral, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada Kurikulum Merdeka.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut sekolah melakukan penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum, melalui pendalaman dan/atau pengayaan, serta melalui pengembangan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian murid secara optimal.
Jika sekolah melakukan hal tersebut dengan baik maka muridnya ketika lulus dari bangku sekolah akan menjadi manusia pelajar sepanjang hayat yang memiliki sifat beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dengan demikian, mereka memiliki kompetensi untuk bersaing secara global dengan orang lain.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya secara sengaja untuk membantu menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik guna membangun kepribadian, sifat, dan perilaku baik kepada seseorang. Sedangkan, pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri sehingga hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi.
Kegiatan pembiasaan budaya positif di sekolah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti atau akhlak mulia kepada murid dapat dilakukan dengan penetapan tata tertib, aturan, dan disiplin sekolah. Penetapan tata tertib sekolah harus dibuat dengan jelas dan terpakai secara konsisten, serta melibatkan mereka dalam membuat kesepakatannya. Penghargaan pada sebuah kesepatan dan keteraturan tersebut dapat dilatihkan pada setiap murid dengan mengenalkannya berulang-ulang secara rutin. Sekolah juga dapat menerapkan model reward-and-punishment atau reward-unreward juga dapat diterapkan pada mereka untuk menghargai tata tertib sekolah. Namun, reward dan punishment tersebut sifatnya harus mendidik, bukan untuk menghakimi.
Sekolah juga dapat melakukan pembiasaan budaya positif melalui kegiatan berdoa baik sebelum memulai pelajaran maupun setelah pelajaran usai, menghormati Bendera Merah Putih, praktik beribadah seperti shalat berjamaah, kegiatan sosial, serta memelihara kebersihan kelas.
Â
Selain itu pembiasaan budaya positif dapat dilakukan melalui kegiatan spontan dan keteladanan, seperti membiasakan bersikap sopan santun, mengucapkan salam, hormat dan salam kepada guru, membiasakan antri, menghargai pendapat orang lain, serta meminta izin ketika hendak masuk/keluar kelas atau ruangan. Pembiasaan melalui contoh perilaku atau keteladanan, seperti membiasakan berpakaian rapi, mebiasakan datang tepat waktu, membiasakan berbahasa dengan baik, membiasakan rajin membaca, dan membiasakan bersikap ramah dapat menjadikan role model bagi murid dalam menerapkan budaya positif tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
.
Pembiasaan Baik di SD Negeri 149 Palembang
                                          Gambar 1. Foto Bersama Murid SD Negeri 149 Palembang
SD Negeri 149 Palembang terletak di daerah Gandus, pinggiran kota Palembang. Lokasinya strategis, tepat di pinggir jalan utama. Letak sekolahnya jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak menimbulkan kebisingan. Sekolahnya pun asri, mirip suasana pedesaan karena berada di dekat areal persawahan dengan banyak pepohonan. Selain itu, terdapat pabrik karet di dekat sekolah karet sehingga aroma getah karet yang khas apalagi di musim hujan akan tercium sampai ke sekolah.
Meskipun SD Negeri 149 Palembang berada di pinggiran kota, sekolah ini tidak luput dalam menerapkan pembiasaan budaya positif kepada anak didik mereka di sekolah. Menurut Ida Afrianti, Kepala SD Negeri 149 Palembang, dia selalu membiasakan guru dan murid untuk menerapkan budaya positif melalui ketertiban dan ketaatan terhadap peraturan sekolah yang sudah dibuat, serta kegiatan yang mendukung terciptanya nilai-nilai positif dan kebaikan bagi seluruh warga sekolah.
"Masalah pakaian adalah hal yang sangat saya perhatikan," jelasnya.
"Guru-guru harus memakai seragam agar terlihat rapi," tambahnya lagi.
"Jika ada guru yang tidak memakai seragam maka akan saya tegur secara baik," katanya.
"Kehadiran guru juga sangat saya perhatikan agar mereka datang ke sekolah tepat waktu, sehingga anak-anak dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan tepat waktu," tegasnya lagi.
Gambar 2. Operasi Semut (Kebersihan)
SD Negeri 149 Palembang menerapkan pembiasaan budaya positif yang berbeda-beda tiap harinya. Hari Senin adalah melaksanakan upacara bendera untuk membentuk rasa patriotisme. Hari Selasa merupakan pembacaan surat pendek atau juz 30 bagi yang beragama Islam. Hari Rabu adalah hari Berliterasi, dengan menggalakkan kegiatan membaca.
Gambar 3. Kegiatan Literasi bekerjasama dengan Perpustakaan Keliling
Hari Kamis adalah waktunya berlatih menyanyikan lagu wajib dan daerah. Hari Jumat diisi dengan kegiatan keagamaan, seperti kultum,tilawah, hadroh, nasyid, diselingi dengan membaca surat Yasin bersama, sedangkan hari Sabtu adalah senam bersama dan operasi semut (kebersihan).
Gambar 4. Sholat Berjamaah
Pembiasaan rutin lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan sesudah waktu belajar, melakukan sholat berjama'ah sebagai rasa syukur dan taat beribadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Gambar 5. Gerebek Makanan
Selain itu SD Negeri 149 Palembang mengadakan kegiatan Gerebek Makanan (Gerakan Membawa Bekal Makanan) saat jam istirahat, mendirikan kantin kejujuran untuk melatih peserta didik agar bersikap jujur, serta memberi bantuan terhadap korban bencana alam dapat melatih peserta didik memiliki rasa peduli terhadap sesama.
***
Gambar 6. Foto Bersama Guru di Depan Sekolah
Pagi yang cerah. Hari ini aku menjadwalkan kunjungan ke SD Negeri 149 Palembang. Meskipun ini bukan jadwal resmi dari Sekolah Penggerak tapi kunjungan ini sengaja kujadwalkan untuk melihat lebih dekat aktivitas sekolah dan pembelajaran disana, terutama terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah dilaksanakan.
Perjalanan menuju sekolah memakan waktu sekitar satu jam melalui jalan darat. Perjalanan satu jam terasa tidak melelahkan karena terbayar dengan pemandangan yang kutemui sepanjang jalan, kontras dengan hiruk-pikuk dan kebisingan kota serta gedung tinggi pencakar langit di tengah kota Palembang.
Permadani hijau menghampar di kanan dan di kiri jalan. Ada juga yang sudah mulai menguning, sepertinya sebentar lagi panen akan tiba. Gerombolan sapi dan kambing tampak berkeliaran menikmati cahaya matahari pagi dan sembari mencari makan di sekitar hamparan padi dan sawah tersebut. Tampak juga di dekatnya sebuah dam aliran sungai Musi yang mengalir. Menurut penduduk sekitar, dam tersebut biasanya sesak dengan anak-anak yang bebas berenang di alirannya yang jernih jika hari libur tiba.
Beberapa anak terlihat beriringan berjalan di tepi jalan, di antara permukiman warga. Keceriaan tampak dari wajah mereka. Ada juga yang mengayuh sepedanya dengan seragam yang mereka kenakan. Sepertinya mereka akan berangkat ke sekolah.
Dari jauh bau khas karet tercium menyengat masuk ke dalam pori-pori hidung. Hujan yang turun semalam menambah kuat aroma karet pabrik yang berlokasi sekitar 250 meter dari sekolah. Tampak areal lapangan sekolah yang cukup luas diselingi pepohonan besar yang bergoyang dihembus semilir angin. Suasana sejuk dan indah mewarnai lingkungan sekolah.
Gambar 7. Keadaan Sekolah
Bangunan permanen sekolah terlihat kokoh dengan sekat-sekat dinding yang menjadi pembatas kelas. Aktivitas kelas sudah dimulai. Bel tanda masuk sudah berbunyi sedari tadi. Anak-anak sedang khusyuk berada di dalam kelas mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Bapak dan Ibu Guru.
Seorang guru menyambut kehadiranku dan mempersilahkan untuk duduk di ruang tunggu. Kemudian Kepala SD Negeri 149 Palembang, Ida Afrianti datang menyambut hangat kehadiranku hari itu.
Setelah mengobrol sebentar, kegiatan pertama dimulai. Aku diajak berkeliling sekolah, untuk melihat-lihat keadaan sekitar sekolah. Kuperhatikan sarana-prasarana sekolah seperti ruang kelas, ruang sholat, tempat wudhu, perpustakaan, dan komputer dengan chromebook bantuan dari pemerintah berjumlah 16 buah lengkap dengan wifinya sudah tersedia di sekolah ini.
Kunjungan kemudian dilanjutkan ke kelas-kelas, Baru melangkah ke mulut pintu kelas, kami sudah disambut dengan salam hangat dari seluruh isi kelas.
"Berdiri, beri salam!" seorang murid memberikan aba-aba kepada teman-teman kelasnya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuuhu...," seluruh murid berdiri dan memberikan salam takzimnya kepada kami yang datang.
Salam hangat membuka kunjungan pagi itu. Kami pun segera menyambutnya dengan jawaban 'Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuhu..Selamat pagi anak-anak...!"
Gambar 8. Kesepakatan Kelas
Kelas berukuran 9 kali 8 meter tersebut menjadi semarak dengan tempelan warna-warni yang di atas dinding. Tidak jauh dari tempelan tersebut, tampak bingkai berisi kesepakatan kelas tergantung di atasnya. Tertulis "Kesepakatan Kelas".
"Kesepakatan kelas tersebut saya saya buat bersama anak-anak di kelas, kemudian saya tempelkan di depan kelas," jelas guru kelasnya.
"Isinya bermacam-macam, misalnya, mengenai 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan Santun), - berbaris depan kelas sebelum masuk, berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa bersama saat akan makan, tidak mengganggu teman saat belajar, dan buang sampah pada tempatnya.." jelas gurunya panjang lebar.
"Saya selalu mengingatkan murid di kelas mengenai kesepakatan tersebut setiap harinya agar mereka selalu ingat dengan apa yang sudah disepakati bersama, " tambahnya lagi.
Gambar 9. Presensi Kelas
Terdapat juga presensi kelas yang ditempel di dinding kelas.
"Anak-anak akan mengisi absen mereka sendiri sebelum pelajaran dimulai," kata gurunya.
"Masing-masing anak akan memasang gambar mereka pada nama yang sudah tertera di bagan dinding tersebut. Hal ini untuk melatih kejujuran dan kemandirian mereka," jelas gurunya.
Gambar 10. Hiasan Kelas dari Plastik Bekas
Beberapa hiasan berasal dari plastik daur ulang menjadi ornamen pelengkap kelas. Di belakang kelas terdapat pojok baca yang disekat dengan hiasan pagar sederhana terbuat dari botol bekas. Pojok baca tampak lebih menarik dengan hiasan mural dan desain yang dicat cantik.
Gambar 11. Pojok Baca
"Kelas dibuat semenarik mungkin agar anak-anak tidak merasa bosan di dalam kelas, Bu," jelas gurunya.
 "Anak-anak yang membuat dan menghias sendiri pojok baca tersebut," kata guru itu lagi.
"Pagar pojok baca tersebut merupakan salah satu aplikasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilakukan murid kelas ini," jelas guru wali kelasnya bangga.
"Rupanya sederhana. Namun, makna yang ditimbulkan begitu mendalam di hati murid. Mereka memulainya dengan mengumpulkan botol2 bekas, membersihkan, mengecat dan mendekor pojok bacanya tersebut," cerita guru wali kelas tersebut.
"Dengan demikian, murid memiliki rasa kepemilikian yang tinggi terhadap karya mereka, sehingga muncul rasa memiliki dan merawatnya," tambah guru tersebut.
"Anak-anak juga merasa betah untuk berlama-lama berada di pojok baca," jelasnya kembali.
Sementara, anak-anak tampak duduk rapi di bangkunya. Mereka duduk melingkari meja, berkelompok. Menurut wali kelasnya. Kelompok tersebut dilakukan agar anak-anak dapat belajar berkolaborasi dan juga sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Juga, sebelum dan sesudah belajar tiap kelas akan memulainya dengan berdoa bersama terlebih dahulu.
Gambar 12. Berdoa Sebelum dan Sesudah Belajar
Bel istirahat pun berbunyi. Kami pun meninggalkan kelas tersebut dan beristirahat sejenak ke ruang guru sebelum melanjutkan observasi ke ruangan kelas yang lain.
***
Gambar 13. Murid Berbaris sebelum Masuk ke dalam Kelas
Tampak anak-anak berdiri berbaris panjang ke belakang. Mereka tersusun rapi, sebelum masuk ke dalam kelas. Tampak ketua kelasnya memeriksa satu per satu barisan temannya. Juga kerapian pakaian dan kebersihan kuku mereka. Yang bersih dan rapi boleh masuk duluan ke dalam kelas.
"Anak-anak dibiasakan tertib ketika masuk ke dalam kelas. Mereka juga harus rapi dalam pakaian dan juga kebersihan. Jadi, pemeriksaan kuku dan pakaian menjadi kewajiban bagi mereka," jelas wali kelasnya panjang lebar.
Gambar 14. Suasana Belajar di Dalam Kelas
Anak-anak pun masuk ke dalam kelas dengan tertib dan rapi duduk di atas kursi mereka, siap untuk mengikuti mata pelajaran berikutnya.
PenutupÂ
Salah satu hal yang penting dalam pendidikan karakter adalah bagaimana murid dapat mencintai kebaikan dan melakukan kebaikan melalui pembiasaan budaya positif. Pembiasaan budaya positif di sekolah inilah yang menjadi kunci keberhasilan pembentukan karakter murid.
Namun, proses penanaman nilai-nilai budaya dalam rangka pembentukan karakter murid tidak bisa berjalan secara instan. Sekolah harus berupaya menciptakan budaya karakter yang diinginkan melalui pembiasaan agar budaya positif menjadi terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari anak didik. Selain itu, kesabaran, dan komitmen bersama untuk menerapkan budaya positif dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci keberhasilan dalam pelaksanaannya. Aturan dan tata tertib sekolah pun perlu ditegakkan untuk mendukung terlaksananya pembiasaan tersebut.
Harapannya, pembiasaan budaya positif tersebut dapat membentuk karakter yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian, generasi-generasi emas di masa yang akan datang dapat terbentuk dan membawa bangsa ini ke arah kemajauan sejajar dengan negara-negara maju lainnya di dunia.
*Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan 2 dari Provinsi Sumatera Selatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI