“Tanamannya subur..”, kata seorang anak.
“Lihat, punyaku cukup lebat daunnya..”, seru anak yang lain.
“Coba lihat, jahe yang kupunya. Umbinya banyak dan besar-besar…”, teriak anak-anak itu kegirangan.
Gambar 3. Berpose Setelah Panen/Dokpri
Mereka bersuka cita melakukan kegiatan panen raya di bawah langit biru dan terik matahari pagi. Peluh yang bercucuran di dahi dan badan mereka tidak terlalu mereka pedulikan. Mereka khusyuk “bermain” dengan tanaman dan tanah di pekarangan sekolah. Bapak dan Ibu guru sesekali membantu dan memberikan instruksi apa yang perlu mereka lakukan.
“Senang ya hari ini kita dapat memanen tanaman yang sudah kita semai..”, ujar seorang anak.
“Kerja keras kita tidak sia-sia ya..”, timpal yang lainnya.
Cukup banyak hasil tanaman yang mereka panen hari itu. Polybag hitam yang tadinya penuh dengan tanaman sawi dan jahe pun menjadi kosong akibat telah dipanen mereka. Tanaman sawi yang mereka panen sebagian akan mereka konsumsi sendiri, diolah menjadi sayur, dan sebagian lainnya akan mereka jual. Sementara, jahe-jahe yang telah mereka panen akan mereka olah menjadi ekstrak jahe minuman wedang.
Pengolahan jahe menjadi ekstrak membutuhkan banyak proses. Jahe-jahe yang telah dipanen, dikumpulkan, kemudian dicuci bersih. Anak-anak kelas IV tersebut tampak asyik melakukannya. Meskipun tangan mereka kotor penuh tanah dan sedikit menghitam, tak ada satu orang pun yang mengeluh. Bahkan, sesekali mereka terlihat bercanda dengan temannya.. Bagi mereka, pekerjaan itu menyenangkan karena dikerjakan bersama-sama.
Mereka tersenyum lebar dan tertawa bersama. Ya, senyum dan canda tawa adalah cara yang sederhana untuk merayakan kemenangan panen raya hari itu. Sesederhana dan sepolos hati anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.