Lazimnya dalam pendekatan mengajar secara tradisional sebagian besar waktu di kelas dihabiskan dengan guru/dosen yang mengajar. Sebagaimana pengalaman saya mengajar, guru/dosen menjadi pusat pembelajaran di kelas. Guru akan sangat aktif menjelaskan pelajaran sementara siswa menjadi pendengar dan pemerhati yang pasif.Â
Akibatnya, kita dapat menemukan para siswa yang malas untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Yang lebih parahnya, daya kritis anak-anak didik menjadi rendah. Hal ini bisa ditunjukkan dari keingintahuan mereka akan materi pelajaran yang rendah seperti malas atau malu bertanya, bahkan tidak berani mengemukakan pendapatnya di kelas. Dampaknya tentu saja akan sangat tidak baik untuk proses pembelajaran selanjutnya, sehingga, kualitas pendidikan yang diharapkan sebagaimana tujuan pembelajaran tidak akan tercapai maksimal.
*Learnerrr Centric*
Learnerrr Centric merupakan pendekatan yang berfokus kepada siswa sebagai pembelajar. Karena penekanannya lebih kepada siswa maka akhiran huruf r perlu dipertegas dan ditambahkan.Â
Kebalikan dari pendekatan mengajar secara tradisional, Learnerrr Centric berfokus kepada kebutuhan, ide, dan gaya pembelajaran siswa (learner). Fokus kegiatan pengajaran bergeser dari guru kepada siswa dengan melibatkan pembelajaran aktif dimana siswa berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memformulasikan pertanyaan mereka sendiri, serta mendiskusikan dan menjelaskannya.Â
Selain itu, dalam pendekatan Learnerrr Centric, guru tidak berperan semata sebaga pengajar tetapi sebagai fasilitator di kelas. Sebagai fasilitator, maka peran seorang guru adalah membantu dan memahami anak didiknya dalam memahami tujuan pembelajaran di kelas. Sebagai fasilitator juga maka seorang guru harus memastikan bahwa setiap individu di kelas berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan kemampuan yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Artinya guru harus memahami bahwa setiap anak didiknya memiliki kemampuan tersendiri.Â
Masing-masing siswa ibaratnya sudah memiliki gelas dengan isinya yang mereka bawa dari rumah. Siswa tidak membawa gelas kosong ketika mereka berada di dalam kelas. Sehingga tugas guru adalah memastikan bahwa setiap anak didiknya memiliki standar minimum yang perlu dimiliki selama proses belajar-mengajar berlangsung. Jika ada siswa yang sangat aktif dan memiliki kemampuan di atas rata-rata, maka guru perlu tahu cara agar mereka dapat berbagi kepada siswa yang lain yang lebih pasif dan memiliki kemampuan lebih rendah di bawah rata-rata temannya di kelas.
Maka, dalam proses pembelajaran ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: pertama, membangun kepercayaan. Artinya, guru perlu memberikan kepercayaan penuh kepada siswa dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi aktif dalam kelas. Kedua, memiliki fleksibilitas dalam pengawasan.Â
Maksudnya, guru tidak terlalu mendominasi di dalam memberikan pelajaran, tetapi tidak juga membiarkan siswa berbuat semaunya di dalam kelas. Guru harus terus memonitor kegiatan belajar siswa di kelas dengan tetap mengacu pada tujuan pembelajaran. Ada kalanya guru perlu menjelaskan pelajaran terkait istilah atau pengetahuan baru yang belum diketahui oleh siswa. Namun, ada kalanya siswa perlu dipancing agar mereka mau berpikir dan melatih daya kritisnya dengan cara bertanya, berdiskusi dan melakukan presentasi di kelas.
*Penutup*
Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Guru memiliki peran besar dalam mengasuh, mendidik dan membangun anak didiknya untuk menjadi generasi harapan bangsa di masa depan. Oleh sebab itu guru harus mampu menjadi motivator, pembimbing, sekaligus menjadi jembatan bagi kesuksesan anak didik mereka di masa yang akan datang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H