Pada laga ini, pemain asal Denpasar itu mencoba untuk bermain tidak kenal menyerah, padahal kondisi kebugarannya yang tidak begitu prima.Â
Namun juara Seleknas tahun 2024 itu mencoba untuk terus mengimbangi tunggal putri ranking 147 dunia milik Hong Kong tersebut.
Dengan semangat juang tinggi, Ni Kadek sosok tunggal putri berusia 18 tahun dengan ranking 331 dunia itu akhirnya mampu meraih kemenangan lewat pertarungan ketat rubber game dalam tempo 1 jam 6 menit.Â
Lolos ke final untuk pertama kalinya dalam karir bulutangkisnya selama ini pada BWF World Tour Super 100, level terbawah rangkaian turnamen BWF World Super Series.Â
Dalam laga final pada Minggu (3/11/24), Ni Kadek berhadapan dengan tunggal putri asal Malaysia lainnya yaitu Karupathevan Letshanaa yang diunggulkan pada posisi ranking 3 di ajang ini.Â
Ni Kadek Dhinda akhirnya berhasil keluar sebagai juara setelah mengandaskan harapan Malaysia tersebut dengan skor dua gim langsung, 21-19 dan 21-17.Â
Kemenangan di final ini menjadi catatan sejarah dalam meraih gelar juara pertama kalinya bagi Ni Kadek Dhinda di ajang turnamen International.Â
Gelar juara ini bukan akhir dari karirnya yang masih miskin pengalaman tetapi awal karirnya untuk mengarungi dunia bulutangkis yang semakin ketat persaingannya.Â
Ni Kadek Dhinda sudah mulai menapak jalan yang sama yang saat ini seperti tengah dijejaki seniornya asal Bali yaitu Komang Ayu Cahya Dewi.Â
Dengan jam terbang yang masih sangat minim dalam karirnya, Ni Kadek Dhinda sejauh ini baru menjalani 26 laga dengan 18 laga menang dan 8 laga kalah.Â
Bandingkan dengan seniornya Komang Ayu Cahya Dewi dengan ranking 44 Dunia, yang sudah berkarir dengan 132 laga, 89 laga menang dan 43 laga kalah.Â