Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri di Balik Tembok Vihara

28 Juni 2024   17:49 Diperbarui: 28 Juni 2024   21:14 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Indonesiakaya.com

Vihara Avalokitesvara ini terletak sekitar 5 km ke arah utara dari Pesantren Darul Khoirot Serang. Bayu Gandana baru saja menghindari kejaran pasukan Kompeni yang mengepungnya di Pesantren Darul Khoirot tersebut. 

Murid kesayangan Kiyai Furqon dari Padepokan Bayusuci di Anyer Kidul itu harus mengerahkan segala kemampuannya dari kejaran Pasukan Berkuda Kompeni. 

Bayu mewarisi ilmu kanuragan Sang Guru yang dulunya adalah mantan prajurit Pangeran Dipenogoro dan murid Kiyai Mlangi, salah seorang ulama yang mendukung perjuangan Diponegoro melawan Kolonial Belanda di Boyolali. 

Tidak percuma pemuda ini bernama Bayu karena dia memiliki kemampuan berlari seperti bayu. Anak muda ini berlari secepat angin. Cerdasnya, dia menghindari jalan terbuka, memilih jalan setapak di area hutan kecil sekitarnya. 

Masih ingat dalam benak Bayu akan pesan dari KH Hamid, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Khoirot, agar segera menuju ke sebuah Vihara di sebelah Utara arah Karang Hantu. 

Menurut KH Hamid, Vihara ini dibangun pada tahun 1652, pada masa keemasan kerajaan Banten saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. 

Artinya Vihara tersebut tetap kokoh terpelihara dengan baik sampai dengan tahun 1880, dimana Bayu Gandana akan menuju ke sana. 

Sultan saat itu membangunnya untuk kepentingan rakyatnya yang menganut agama dengan aliran Budha, Kong Hucu dan Taoisme. Vihara tersebut juga akrab disebut dengan Klenteng. 

Bayu Gandana sempat pula bertanya kenapa harus mencari sebuah Vihara? KH Hamid menjelaskan bahwa Kompeni dengan serdadu-serdadunya mengincar Masjid-masjid, Surau, Padepokan dan Pesantren. 

Hal itu mereka menganggap tempat-tempat itu adalah area persembunyian bagi para pengikut KH Wasid, Ulama asal Cilegon yang melakukan perlawanan dan menjadi buronan Belanda. 

Bayu Gandana adalah salah satu santrinya yang juga menjadi incaran para serdadu-serdadu Kompeni tersebut. Selain itu Bayu juga adalah murid dari Padepokan Bayusuci di Anyer Kidul yang dipimpin oleh KH Furqon yang sudah lama juga menjadi incaran Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun