Begitu pula mereka itu tidak akan pernah menyesal dengan segala kemaksiatan yang terus mereka lakukan secara terus menerus.Â
Namun Allah sengaja membiarkan mereka tetap bergelimang dalam kenikmatan dan serba kecukupan sehingga mereka terlena.Â
Sungguh sangat memprihatinkan bagi orang-orang yang ditimpa istidraj. Mereka menjadi lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Mereka gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.Â
Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan. Sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan. Jangan lupa untuk bersyukur atas semua pemberian Allah tersebut.Â
Bagi kita, harus tetap waspada dengan berbagai kenikmatan yang bisa membuat kita terlena dan lupa bersyukur. Harus tetap berhati-hati dengan keadaan seperti mereka yang ditimpa Istidraj.Â
Mereka yang ditmpa istidraj dapat dikenali yaitu mereka selalu menerima kenikmatan terus bertambah, tapi ketaatannya kepada Allah semakin menurun.Â
Mereka juga selalu mendapat kemudahan dalam kehidupan, meskipun mereka terus menerus melakukan maksiat. Rezeki mereka selalu bertambah, meskipun mereka tetap lalai dalam ibadah kepada Allah.Â
Mereka juga semakin kaya raya dengan harta berlimpah, tetapi mereka justru semakin kikir untuk berbagi kepada sesama. Mereka jarang sakit, tetapi mereka kerap berlaku sombong bukannya bersyukur atas karunia sehat yang mereka alami.Â
Kita harus tetap waspada dengan bahaya istidraj ini. Sosok  sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab sampai-sampai berdoa, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari bahaya menjadi seorang "mustadraj" yaitu orang-orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan.Â
Mari kita telaah dalam Al-Qur'an Allah mengingatkan:Â
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur ke arah kebinasaan, dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencanaKu sangat teguh" (QS Al-'Araf : 182-183).Â