Apalagi transisi negatif dari skuad Garuda Muda sering terlambat karena terlalu asyik menyerang. Faktor Marselino yang ditempatkan di posisi gelandang bersama Ivar Jenner sering terlambat turun ketika ada serangan balik.Â
Sepanjang laga tersebut, sebenarnya skuad Garuda Muda mampu mengimbangi Guinea bahkan beberapa kali mengancam gawang mereka yang dijaga oleh Soumaila Sylla.Â
Gol Guinea sendiri mereka dapatkan dari hukuman penalti yang masih bisa diperdebatkan. Saat itu Witan Sulaeman dianggap menjatuhkan Algassime Bah.Â
Padahal Witan melanggarnya di luar kotak penalti tapi wasit tetap menghukum dengan tendangan penalti. Ernando Ari tidak mampu menghadang tembakan keras dari Moriba. Â
Pada babak kedua tepatnya menit ke-72, Alfeandra Dewangga dianggap melakukan pelanggaran terhadap Algassime Bah di dalam kotak penalti. Wasit Francois Letexier yang asal Prancis itu menunjuk titik putih untuk kedua kalinya bagi Guinea.Â
Melihat tayangan ulang, Dewangga merebut bola dengan tekel bersih tidak ada pelanggaran. Namun wasit tetap menunjuk titik putih. Untung saja Erando Ari berhasil menggagalkan tendangan Algassime sehingga skor tetap 1-0.Â
Secara keseluruhan skuad Guinea itu tidak terlalu istimewa terbukti Garuda Muda mampu mengimbangi mereka terutama pada babak kedua. Timnas Indonesia U23 itu menguasai permainan untuk mengejar gol.Â
Kerja sama Nathan, Ivar, Marselino dan Rafael Struick ditunjang oleh Witan dan Arhan di sisi kiri penyerangn Garuda Muda, sering kali merepotkan pertahanan Guinea.Â
Mereka sebenarnya sudah terlihat jenuh setelah bermain melelahkan di Piala AFC U23 di Qatar. Namun harus tetap berjuang hingga titik keringat penghabisan.Â
Melihat grafik permainan Garuda Muda, puncaknya adalah ketika melawan Korea Selatan yang mereka menangkan dalam waktu 120 menit dalam drama adu penalti.Â
Grafik itu mulai turun di semi final ketika kalah 0-2 dari Uzbekistan. Mencoba untuk bangkit tapi mereka belum mampu menaikkan performa ketika akhirnya kalah 1-2 dari Irak diperebutan posisi ketiga.Â