Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Inilah Saatnya "Puasa Medsos"

30 Maret 2024   00:46 Diperbarui: 30 Maret 2024   00:54 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial-medsos, saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat terutama mereka yang sudah melek teknologi dengan ponsel cerdasnya. 

Penulis yang termasuk generasi Baby Boomers yaitu kelompok generasi yang lahir dalam periode tahun 1946 hingga tahun 196o, mungkin tidak termasuk orang-orang yang familiar dengan media sosial masa kini. 

Namun hanya mengandalkan autodidak untuk mengenal media sosial kekinian, akhirnya penulis juga sedikit banyak memampukan diri untuk mengenal lebih dalam instrumen medsos seperti Facebook, Instagram, Twitter-X, Tiktok, dan Youtube. 

Kehadiran medsos di sekitar kita tidak bisa dihindari karena kemajuan teknonogi tidak bisa dibendung. Hanya saja jika waktu banyak kita habiskan di media sosial maka perlu dipikirkan bagaimana mencoba untuk membatasi. 

Bahkan waktu bersama medsos seolah telah menjadi roller coaster emosional yang penuh dengan perbandingan, perfeksionisme , dan opini yang tidak diinginkan. 

Berselancar di medsos begitu aktif melakukan interaksi dan melakukan debat terbuka penuh dengan emosi yang tidak terkendali. Mungkin inilah saatnya untuk istirahat dan berpuasa dari medsos. 

Seorang Psikolog bernama Adam Borland, PSy.D, mengemukakan tanda-tanda apa saja yang mengindikasikan bahwa kita harus puasa dari medsos. 

Pakar tersebut menjelaskan seperti dirilis, Health.clevelandclinic.org (15/3/24). Beberapa indikasi kita harus puasa dari medsos : 

Medsos sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Kita tanpa berpikir panjang memeriksa aplikasi seolah sudah tanpa sadar karena sudah menjadi rutinitas. 

Seperti sudah melakukan autopilot, seolah-olah ibu jari kita punya pikirannya sendiri, demikian kata Dr. Borland mengilustrasikan. Ini adalah indikasi saatnya sudah mulai puasa medsos. 

Ketika kita berselancar di media online kemudian membuat kesal dengan semua yang kita lihat, maka sudah saatnya untuk berpuasa dari medsos. Rasa kesal itu hanya membuat diri kita semakin tidak nyaman. 

Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa orang-orang berinteraksi dengan ponsel cerdas mereka sebanyak 2.617 kali sehari. Apa yang kita lakukan sudah diluar kemampuan karena tidak bisa membaca secara obyektif. Inilah saatnya berhenti ber medsos. 

Media sosial adalah media sebagai ajang untuk menjadikan diri kita pusat perhatian. Namun justru hal ini yang bisa membuat kita merasa kurang percaya diri. 

"Ketika Anda membandingkan diri Anda secara negatif dengan apa yang Anda lihat di internet, Anda bisa mulai merasa bahwa hidup Anda sendiri kurang," kata Dr. Borland. maka inilah saat berpuasa dari medsos. 

Begitu pula media sosial bisa menimbulkan rasa takut ketinggalan alias FOMO, membuat kita merasa semua orang melakukan sesuatu yang hebat. 

Tapi kita tidak seperti mereka karena selalu tertinggal dari mereka. FOMO itu bisa membuat kita merasa tidak cukup baik. 

Kita juga harus segera menghindar dari medsos ketika kita merasa terisolasi dari kehidupan nyata. Memang namanya media sosial , tapi justru bisa membuat kita merasa lebih sendirian. 

Efek buruknya adalah ketika kita tidak memiliki hubungan langsung dengan manusia, maka kita sudah merasakan sebagai manusia yang terisolasi. 

Media sosial berdampak juga pada hidup kita terasa tidak otentik. Ada rasa tidak puas dengan segala aktivitas yang dilakukan jika tanpa mempostingnya terlebih dahulu. 

Mungkin harus memotret makanan terlebih dulu sebelum makan atau semua aktivtas apapun selalu tergantung dari mempostingnya daripada aktivitas itu sendiri yang menjadi prioritas. 

Satu hal penting yang harus ditanyakan kepada diri sendiri yaitu apakah media sosial membuat kita bahagia ataukah malah menjatuhkan kita dalam kehidupan sehari-hari. 

Jawaban jujur akan membuat kita bisa memutuskan apakah kini saatnya harus berpuasa dari medsos. 

Salam Ramadan @hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun