Melihat performa kedua tim dalam laga tersebut, Korea Selatan lebih mendominasi permainan. Mereka menguasai persentase bola hingga 70 persen. Pada babak pertama saja Korsel memegang kepemilikan 60 persen bola.Â
Namun itu ternyata tidak menjamin bagi Korea Selatan untuk memenangan laga menghadapi Jordania. Rupanya pelatih Husein Amouta sengaja membiarkan para pemain Korea Selatan menguasai bola.Â
Skuad Jordania sendiri menerapkan pertahanan dengan sistem zona marking. Tidak melakukan bertahan total.Â
Hanya ada 3 bek tengah dan dua full back yang siap di area penalti dibantu dua gelandang bertahan.Â
Sementara lini tengah mereka masih tetap melayani permainan para gelandang Korea Selatan untuk meghambat laju dari alur uman bola-bola mereka.Â
Garis pertahanan Jordania juga dipatok tidak terlalu rendah tapi juga tidak terlalu tinggi. Hal tersebut untuk mengantisipasi pada saat bola berhasil mereka rebut maka bisa langsung melakukan serangan balik cepat.Â
Dengan cara tersebut beberapa kali mereka memiliki peluang mencetak gol. Tercatat Jordania dalam laga tersebut memiliki 17 tembakan ke gawang Korea Selatan. Tujuh diantaranya merupakan tembakan on target.Â
Ironinya Korea Selatan yang menguasai permainan sampai 70 persen ternyata tidak ada satupun peluang tembakan yang on target dari 8 peluang mereka. Lima tembakan off target dan 3 tembakan bisa diblokir.Â
Para penyerang Korea Selatan benar-benar tidak berkutik menghadapi pertahanan berlapis Jordania. Kunci keberhasilan skuad asuhan Husein Ammouta ini adalah pertahanan mereka yang kokoh yang mebuta penyerang Korea Selatan frustrasi.Â
Keberhasilan Jordania meredam para penyerang-penyerang Korea Selatan ini merupakan kunci penting dalam laga tersebut selain mereka juga memiliki senjata serangan balik yang cepat.Â
Kunci kemenangan sebenarnya bagi Jordania adalah blunder lini belakang Korea Selatan yang membuat gawang mereka kebobolan gol perdana untuk Jordania. Â