Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengakrabi Kematian

9 Februari 2024   16:57 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:05 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengakrabi kematian adalah sebuah upaya secara sungguh-sungguh untuk akrab dengan kematian. Sungguh sebuah ironi jika selama ini manusia hanya mengenal kehidupan tanpa mengenal kematian. 

Bukankah kehidupan kita itu ujungnya adalah kematian? Tuhan saja telah berfirman dalam Kitab SuciNya bahwa setiap yang hidup itu pasti mengalami kematian. 

Begitu pula UtusanNya membawa ajaranNya ntuk mengingatkan diri kita menjadi hamba yang cerdas yaitu hamba yang selalu mengingat kematian. 

Kematian adalah kepastian, tidak ada yang pasti dalam kehidupan ini kecuali datangnya kematian. Itu artinya kehidupan itu akan berakhir di hari kematian. 

Walaupun hidup ini hari demi hari. Namun akan pasti sampai di akhir nanti. Itu adalah bait-bait dari lagu grup legendaris Koes Plus yang penuh dengan makna filosofis. 

Dengan mengingat kematian, kita tidak akan menunda berbuat untuk kebaikan. Tidak akan lalai menjalankan segala PerintahNya dan meninggalkan segala laranganNya. 

Bicara tentang kematian ada sebuah Buku yang berjudul Metode Menjemput Kematian. Buku yang sangat mengesankan untuk dibaca bagi siapa saja yang ingin mendapatkan ketenangan dalam menghadapi hari kepastian tersebut. 

Walaupun setelah membaca buku tersebut tidak menjamin jiwa menjadi siap menghadapi hari yang kedatangannya sangat pasti tersebut. 

Namun paling tidak setelah membaca buku itu, kita jadi tahu betapa hari kepastian itu pasti datang menjemput kita. Buku setebal 150 halaman itu memuat berbagai petuah penting yang bisa dijadikan pedoman. 

Setelah membaca buku itu kita semakin sadar bahwa setiap hari bisa melihat bayi-bayi lahir tetapi setiap hari juga banyak manusia yang mengalami kematian. 

Keutamaan banyak mengingat mati, diuraikan dengan jelas dalam buku itu. Hal utama saat kita mengingat mati maka menyebabkan segera melupakan perkara keduniawian. 

Keutamaan lainnya adalah selalu pandai memilih dan memilah mana perkara-perkara yang penting yang bisa dijadikan bekal untuk menghadap kepadaNya. 

Tidak pernah bosan untuk melakukan tobat setiap hari dengan memohon pengampunan kepada Yang Maha Pengampun. Dengan banyak mengingat mati maka semakin hati-hati dalam berpikir, berkata dan bertindak. 

Karena kematian selalu datang tidak terduga. Ada orang yang sudah tua renta, sakit sangat parah ternyata masih diberikan usia panjang. Sebaliknya ada orang muda terlihat sehat gagah perkasa, tetapi ternyata usianya pendek. 

Hal itu yang membuat kita harus selalu siap dalam menghadapi kematian kapan dan dimanapun. Tidak mudah untuk memahami kematian dibandingkan kita memahami tentang kehidupan. 

Tentang syarakatul maut juga dikupas dalam buku itu dengan gamblang. Pemahaman yang dalam untuk menyadari betapa hebatnya momen sarakatul maut bagi orang yang berdosa dan yang bersih. 

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa ketika Nabi Ibrahim wafat, maka Allah bertanya kepadanya. Bagaimana kamu menghadapi kematian? 

Ibrahim menjawab bahwa sarakatul maut seperti sebuah alat pemanggang yang ada dalam bulu yang basah kemudian ditarik. Allah pun menegaskan, bahwa sesungguhnya kami telah memberikan kemudahan bagimu. 

Bagi orang-orang yang berdosa, mereka akan mengalami bencana kematian yang sangat menyiksanya saat hadir Malaikat Pencabut nyawa di hadapannya. 

Bencana kematian adalah pedih pada saat nyawa terrcabut dari jasadnya. Rasulullah bahkan sampai berdoa semoga umatnya tidak mengalami kepedihan saat nyawa tercabut dari jasad. 

Pada saat orang berdosa itu menatap wajah Malaikat Pencabut Nyawa, maka dia sangat ketakutan dan tidak mampu menatap lebih lama. Rasa takut yang sangat hebat mendera perasaannya ketika Malaikat Pencabut nyawa itu hadir di hadapannya. 

Waktu begitu cepat berlalu. Allah saja bersumpah Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman. 

Yang mengerjakan amal-amal soleh, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati agar menetapi kesabaran.  

Buku berjudul Asli: Dzikir Al Maut Wa Ma Baduhu. 

Judul Terjemahan : Metode Menjemput Kematian. 

Pengarang : Al-Ghazali. 

Penerjemah : Amin Nasir. 

ISBN : 979 2423 32-7. 

Penerbit : Jabal. 

Semoga bermanfaat @hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun