Begitu pula industri gula selalu ada di depan dalam menunjang energi terbarukan melalui penerapan diversifikasi produknya.Â
Pabrik Gula, akrab dengan sebutan singkat PG, dalam proses produksinya akan menghasilkan limbah berupa limbah padat, limbah cair dan limbah gas.Â
Beberapa tahun terakhir ini istilah limbah tersebut sudah diubah dengan sebutan hasil samping. Hal itu karena limbah padat, limbah cair dan limbah gas tersebut ternyata bisa digunakan kembali untuk menunjang proses produksi.Â
Upaya Nyata Pabrik Gula Mengolah Limbah Cair
Upaya nyata penanganan limbah cair PG sudah lama dilakukan sebagai program pemanfaatkan kembali air untuk kebutuhan irigasi tanaman tebu.Â
Sudah banyak PG di Indonesia dalam lingkungan PT Perkebunan Nusantara, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan PT Kebon Agung mengaplikasikan teknologi pengolahan limbah yang sangat efisien.Â
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), sebuah pusat riset nasional yang berada di Pasuruan telah menemukan teknolgi pegolahan limbah cair dengan metode sistem aerasi lanjut (Teknologi SAL).Â
Temuan inovasi ini terbukti sangat efisien dan afektif karena tidak memerlukan lahan yang luas seperti misalnya penanganan dengan metode biologis aerasi lagoon. Atau sistim dengan metode pengendapan menggunakan bahan kimia.Â
Hanya dengan menggunakan lahan sempit sistem aerasi lanjut temuan P3GI ini mampu menghasilkan out put air hasil olah dengan cemaran yang memenuhi syarat sebagai air irigasi.Â
Dengan demikian limbah cair PG yang sudah mengalami pengolahan di Instalasi Pengolah Air Limbah bisa kembali digunakan sebagai air irigasi bagi tanaman tebu di sekitar PG.Â
Teknologi SAL ini adalah metode penanganan limbah organik dengan menggunakan lumpur aktif. Hanya saja metode SAL hanya membutuhkan lahan yang relatif sempit dibandingkan sistem lumpur aktif lainnya.Â