Padahal skuad Jerman dan Prancis adalah para pemain belia di bawah 17 Tahun, seusia anak Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Namun kita lihat, mereka sudah matang dalam permainan sepak bola modern.Â
Teknik dasar sepak bola seperti passing, kontrol bola, dribbling, shoting, heading, bukan lagi masalah utama karena mereka sudah sangat menguasai teknik dasar itu sejak usia dini 9-12 tahun.Â
Berbeda dengan pemain-pemain kita. Masih banyak diantara mereka yang masih melakukan kesalahan dalam menerapkan teknik dasar sepak bola yang seharusnya sudah mereka kuasai.Â
Bahkan juga kerap terjadi kesalahan mendasar yang dilakukan pemain dengan level Nasional. Sungguh sangat memprihatinkan.Â
Menikmati laga final tersebut yang menjadi kekaguman kita adalah sisi mentalitas tim. Baik Prancis maupun Jerman memiliki mentalitas tim yang sangat baik.Â
Prancis membutkikan tim yang bermental baja. Mereka tertinggal 0-2 hingga babak kedua sudah memasuki separuhnya. Gol-gol dari Paris Brunner dan Noah Darvich membawa Jerman unggul 2-0.Â
Namun gol cepat dari Saimon Bouabre memperkecil ketinggalan menjadi 1-2. Kemudian kartu merah untuk pemain Jerman, Winners Osawe merupakan momentum bagi Prancis.Â
Akhirnya Mathis Amougou mencetak gol penyeimbang di menit ke-85 untuk memaksakan laga harus diselesaikan dengan adu penalti.Â
Dalam duel adu penalti itu, Jerman adalah tim yang tengah tertekan ketika dua penendang mereka gagal menjadi gol. Mereka tertinggal 0-2 terlebih dulu.Â
Namun sekali lagi kiper Jerman, Konstantin Heide kembali menjadi pahlawan bagi. Dia berhasil menggagalkan dua penalti pemain Prancis untuk skor menjadi 3-3.Â
Penembak terakhir Almugera Kabar dengan percaya diri mengeksekusi tendangan penalti yang menjadi penentu kemenangan Jerman dengan skor 4-3.Â